Pakar psikologi politik duga Prabowo emosional karena kalah di survei



KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Pakar psikologi politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk menyoroti sifat dan karakter calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang cenderung emosional, akhir-akhir ini. Hamdi mengatakan, ia pernah membuat tulisan ilmiah mengenai karakter pemimpin pada 2014 lalu.

 Saat itu, ia sudah mengidentifikasi sifat dan karakter Prabowo yang dinilai kurang mampu mengendalikan emosi. Oleh sebab itu, Hamdi agak pesimistis ketika Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pada awal masa Pemilu 2019, berupaya untuk mengubah citra negatif Prabowo yang emosional itu. 

"Karena itu karakter, watak, sifat. Itu sulit diubah. Nah, dia itu muncul ketika seseorang dalam keadaan tertekan, muncul karakter asli, watak asli itu," ujar Hamdi kepada Kompas.com, Rabu (10/4) pagi. 


"Misalnya dalam situasi kampanye, kan ramai. Ada satu dua tiga orang ngobrol satu sama lain. Oh, itu dianggapnya orang tidak menghargai dia, nah dia marah. Mudah sekali terpancing emosinya karena sulit mengendalikan dalam keadaan-keadaan tertentu," lanjut dia. 

Hamdi menduga, situasi yang membuat Prabowo tertekan sehingga sering memunculkan sifat emosionalnya berkaitan dengan survei elektabilitas yang dipublikasikan sejumlah lembaga. Sebagian besar survei elektabilitas lembaga menempatkan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul atas Prabowo-Sandiaga. 

"Prabowo adalah orang yang berpendidikan. Dia mengerti bahwa survei-survei itu fakta. Ya, meski secara retorika politik, dia bilang, itu enggak bisa dipercayalah, itu bayaran semualah. Itu sebatas retorika politik. Tapi secara faktual, dia mengerti bahwa dia ketinggalan. Situasi ini tentu menekan dia dong," ujar Hamdi. 

"Itu situasi yang stressfull juga. Karena pada hakekatnya, enggak ada orang yang mau kalah di dalam kontestasi. Oleh sebab itu, ketika ada situasi tertentu, dia terpancing dan marah," lanjut dia. 

Hamdi menilai, karakter seperti ini kurang positif bagi Prabowo dalam mendongkrak elektabilitasnya. Sebab, penampilan karakter seperti itu hanya akan menguatkan atau membuat loyal basis elektoralnya saja, tidak memperluasnya ke segmen lainnya.

Klaim unggul Badan Pemenangan Nasional (BPN) mengklaim, hasil survei internal menunjukkan elektabilitas Prabowo-Sandiaga sudah unggul atas Jokowi-Ma'ruf. Versi survei BPN, Prabowo-Sandi memperoleh 62 persen suara. Sementara Jokowi-Ma'ruf hanya 38 persen suara. 

Angka tersebut juga diungkap oleh Prabowo saat berkampanye di daerah. Prabowo menyebut lembaga-lembaga lain melakukan survei bayaran untuk memenangkan Jokowi-Ma'ruf. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon sebelumnya membantah jika Prabowo disebut tengah marah berlakangan ini. 

Seperti ketika menggebrak-gebrak podium saat berkampanye di Sleman, menurut Fadli, hanya spontanitas. 

"Jadi spontanitas, itu namanya dinamika panggung. Itu berarti Pak Prabowo merasa at home dan merasa komunikatif dengan para audiens. Kan sekarang Beliau kalau komunikasi, satu orang saja bisa diajak ngomong di antara puluhan ribu, ratusan ribu orang, bisa begitu," ujar Fadli di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (9/4). 

Fadli mengatakan, gaya Prabowo dalam berorasi begitu semangat. Menurut dia, gaya Prabowo yang seperti itu bukan dibuat-buat. Dia kemudian menyamakan gaya orasi Prabowo dengan Presiden pertama RI Soekarno. 

"Gaya Prabowo ini saya kira sudah selevel dengan gayanya Bung Karno, tanpa teks lagi," ujar Fadli.  Fadli mengatakan, pada dasarnya Prabowo juga bukan seorang pemarah. Prabowo adalah orang yang spontan dan responsif terhadap apa yang terjadi di sekelilingnya. 

"Jadi enggak ada, enggak ada yang marah-marah. Saya mengenal Beliau tuh dalam 11 tahun terakhir sejak Gerindra berdiri sampai sekarang, enggak pernah tuh Pak Prabowo yang marah misalnya kepada saya," ujar Fadli.  (Fabian Januarius Kuwado)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pakar Psikologi Politik Duga Prabowo Emosional karena Kalah di Survei"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi