JAKARTA. World Bank (Bank Dunia) masih melihat ekonomi Indonesia tahun ini hanya akan tumbuh 4,7%. Sejumlah paket kebijakan ekonomi yang telah dirilis pemerintah dinilai belum akan mampu menahan efek turunnya harga komoditas ekspor dan ketidakpastian ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015, menurut ekonom senior Bank Dunia Ndiame Diop, belum maksimal karena dorongan konsumsi masyarakat hanya tumbuh 4,7%, lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya yang selalu di atas 5%.
Sedangkan konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh 2,1% dan investasi tumbuh 3,7%. "Ekspor dan impor masih tumbuh negatif 0,2% dan 3,2%," katanya, saat membacakan laporan terakhir Bank Dunia, Senin (5/10). Apalagi menurut Diop, paket kebijakan ekonomi jilid I dan II yang dikeluarkan pemerintah belum cukup baik mendorong pertumbuhan ekonomi tahun ini. Malah sebagian belum diimplementasikan. "Implementasi yang efektif menjadi hal penting mendorong pertumbuhan," katanya. Pelambatan ekonomi juga akan membuat jumlah pengangguran meningkat. Kondisi itu membuat daya beli masyarakat menurun, sehingga tingkat konsumsi tergerus. Selain pemutusan hubungan kerja (PHK), pelambatan ekonomi juga membuat lapangan kerja yang tersedia tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah angkatan kerja. Konsumsi rumah tangga selama ini memang menjadi faktor dominan pendorong Produk Domestik Bruto (PDB). Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, konsumsi rumah tangga pada tahun 2013 berkontribusi 56,2% pada pertumbuhan ekonomi, turun tipis menjadi 56,07% pada tahun 2014. Dengan pertumbuhan ekspor yang diperkirakan minus 0,2% sampai akhir tahun ini, Diop bilang harapan satu-satunya yang bisa memberikan kontribusi lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi adalah belanja pemerintah. Dengan catatan, anggaran belanja modal pemerintah benar-benar bisa dimanfaatkan efektif. Menurut catatan BPS, pengeluaran konsumsi pemerintah hanya berkontribusi tak lebih dari 10% tiap tahun bagi pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2013 pengeluaran pemerintah hanya berkontribusi 9,5% bagi pertumbuhan. Sedangkan pada 2014, kontribusi konsumsi pemerintah bagi Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 9,54%. Infrastruktur harus jalan Pelambatan konsumsi rumah tangga ini juga yang membuat Bank Indonesia (BI) dan sejumlah lembaga ekonomi dunia, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini tidak akan mencapai level 5%. Sebelumnya, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, ekonomi belum bisa tumbuh tinggi karena kegiatan ekonomi riil baru mulai tumbuh di semester kedua 2015. Itu tampak pada indikator konsumsi dan investasi yang mulai membaik. Lembaga lain yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun ini di bawah 5% adalah Bank Pembangunan Asia (ADB), sebesar 4,9%. Selain itu juga ada Dana Moneter Internasional (IMF) yang memangkas proyeksinya dari 5,2% menjadi 4,7%. Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini memang tidak menggembirakan dan akan meleset dari perkiraan pemerintah yang sebesar 5,1%.
Menurut perhitungannya, pertumbuhan ekonomi 2015 akan ada di level 4,9%. Dia bilang, kunci menjaga pertumbuhan ekonomi adalah efektivitas belanja pemerintah, serta upaya pemerintah menjaga daya beli masyarakat. Oleh karena pemerintah harus memastikan proyek infrastruktur berjalan baik. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto