JAKARTA. Dua jilid paket ekonomi sudah keluar. Sayang, belum satu pun dari dua paket itu yang secara tegas dan lugas merilis kebijakan yang bertujuan mengerek daya beli masyarakat. Sejauh ini, paket ekonomi itu masih berkutat pada investasi, upaya menarik devisa ekspor, kemudahan perizinan usaha atau investasi. Memang jika semua terlaksana, sejumlah paket ekonomi tersebut bisa berdampak positif bagi ekonomi Indonesia. Namun manfaatnya baru terasa dalam jangka panjang. Padahal untuk menyelamatkan ekonomi dalam jangka pendek, idealnya pemerintah membangkitkan kembali daya beli masyarakat yang tengah menukik tajam. Maklum, peningkatan daya beli masyarakat diyakini bisa memompa kembali ekonomi dalam negeri yang sedang terpuruk. Upaya menggairahkan kembali daya beli masyarakat pun mudah. Misalnya, menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM), menurunkan tarif dasar listrik, menggenjot program padat karya, hingga membuka keran penyaluran bantuan langsung tunai (BLT) bagi masyarakat miskin.
Paket ekonomi nihil pengerek daya beli
JAKARTA. Dua jilid paket ekonomi sudah keluar. Sayang, belum satu pun dari dua paket itu yang secara tegas dan lugas merilis kebijakan yang bertujuan mengerek daya beli masyarakat. Sejauh ini, paket ekonomi itu masih berkutat pada investasi, upaya menarik devisa ekspor, kemudahan perizinan usaha atau investasi. Memang jika semua terlaksana, sejumlah paket ekonomi tersebut bisa berdampak positif bagi ekonomi Indonesia. Namun manfaatnya baru terasa dalam jangka panjang. Padahal untuk menyelamatkan ekonomi dalam jangka pendek, idealnya pemerintah membangkitkan kembali daya beli masyarakat yang tengah menukik tajam. Maklum, peningkatan daya beli masyarakat diyakini bisa memompa kembali ekonomi dalam negeri yang sedang terpuruk. Upaya menggairahkan kembali daya beli masyarakat pun mudah. Misalnya, menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM), menurunkan tarif dasar listrik, menggenjot program padat karya, hingga membuka keran penyaluran bantuan langsung tunai (BLT) bagi masyarakat miskin.