Paladium paling terpuruk di antara komoditas logam industri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang kuartal pertama 2018, paladium menjadi logam mulia dengan kinerja terburuk. Sejak awal tahun hingga akhir Maret lalu, harga paladium sudah merosot sebesar 10,29%. Meski begitu, secara fundamental komoditas ini masih cukup meyakinkan.

Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Kamis (29/3), harga paladium kontrak pengiriman Juni 2018 di Nymex berada di level US$ 943,8 per ons troi. Pada akhir tahun lalu, harga paladium masih diperdagangkan di level US$ 1.052,05 per ons troi.

Sementara, di kuartal pertama 2018, logam mulia lain seperti perak harganya turun 5,5% ke level US$ 17,221 per ons troi. Platinum juga melorot 1,2% menjadi US$ 932,6 per ons troi. Hanya emas yang berhasil mencatat penguatan tipis 0,65% ke level US$ 1.327,3 per ons troi.


Analis PT Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto menilai, sejatinya pasar cenderung memandang paladium sebagai logam industri ketimbang logam mulia. Pasalnya, harga paladium sangat terpengaruh secara langsung dengan kondisi sektor otomotif dan industri.

Menurut data China Association of Automobile Manufactures (CAAM), produksi otomotif pada dua bulan pertama memang melambat. Total produksi otomotif China menurun 2,18% menjadi 452,67 juta unit sepanjang Januari-Februari.

"Sektor otomotif diperkirakan memang akan melambat di tahun ini dan akan sangat menekan harga paladium," ujar Andri, (2/4).

Meski begitu, ia menambahkan, harga paladium diharapkan tidak akan jatuh tajam. Sebab, di sisi lain, pelaku pasar memproyeksi paladium akan mengalami defisit produksi mencapai 1,8 juta ons troi hingga akhir tahun. Jadi, meski permintaan berkurang akibat perlambatan di sektor otomotif, harga paladium terjaga karena tingkat produksinya kian mengecil.

Untuk kuartal kedua, Andri melihat pergerakan harga paladium akan sangat bergantung pada perkembangan kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Namun, ia pesimistis harga bisa kembali menyentuh level US$ 1.000 pada kuartal-II.

"Kalau perang dagang tambah keruh, lalu berdampak ke perekonomian China, otomatis sektor otomotif akan terganggu. Jika demikian, harga paladium pasti akan tertekan," imbuh Andri.

Dengan ketidakpastian perkembangan isu perang dagang hingga saat ini, Andri memproyeksi harga paladium masih cenderung dalam tren bearish pada kuartal selanjutnya. Prediksinya, harga akan bergerak di rentang US$ 935-US$ 98 per ons troi.

Sementara, di akhir tahun nanti, Andri melihat ada kemungkinan paladium bisa kembali menyentuh US$ 1.000, meski peluangnya kecil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini