Palang Merah: Perang Ukraina adalah Mimpi Buruk Bagi Mereka yang Tinggal di Sana



KONTAN.CO.ID - DUBAI. Komite Internasional Palang Merah (ICRC) menyebut perang Ukraina adalah mimpi buruk bagi mereka yang masih terjebak di kota-kota yang menjadi sasaran Rusia. ICRC menyerukan agar bantuan kemanusiaan untuk diizinkan melalui garis depan.

Direktur Jenderal ICRC, Robert Mardini, pada hari Senin (14/3) juga melaporkan bahwa orang-orang kehabisan air minum, makanan, persediaan medis, dan bahan bakar untuk pemanas. Kondisi terparah dialami warga yang masih terjebak di kota Mariupol.

"Orang-orang sangat butuh berlindung, situasinya tidak bisa terus seperti ini. Gencatan senjata, atau kombinasi dari gencatan senjata dan evakuasi warga sipil yang aman, adalah suatu keharusan mutlak," ungkap Mardini, seperti dikutip Associated Press.


Baca Juga: Pemerintah Inggris Beri Tunjangan untuk Warganya yang Menampung Pengungsi Ukraina

Mardini melaporkan bahwa ICRC memiliki 600 staf di Ukraina dan akan mengirim sekitar 100 orang tambahan. Mardini menyayangkan adanya kendaraan Palang Merah yang hancur karena pecahan peluru atau terbakar.

Sejalan dengan itu, WHO juga melaporkan setidaknya ada 31 serangan terhadap fasilitas medis dan ambulans dalam perang. Serangan itu menewaskan sedikitnya 12 orang dan melukai 34 lainnya.

"Kita telah melihat lingkungan yang rusak, rata, dan beberapa rumah sakit hancur. Tentu saja tidak dapat diterima karena rumah sakit dilindungi oleh hukum humaniter internasional," lanjut Mardini. 

Baca Juga: Rusia Bombardir Rumah Sakit Bersalin, Zelenskyy: Genosida di Ukraina Sedang Terjadi

Lebih lanjut, ICRC melaporkan bahwa tempat penampungan warga di kota Mariupol sudah tidak lagi mencukupi. Di saat yang sama, warga sipil tidak bisa meninggalkan kota tersebut karena dikepung oleh pasukan Rusia.

"Kita melihat kehancuran, kita melihat bagaimana lingkungan seperti hari ini, itu benar-benar menakutkan. Situasi ini tidak lain adalah mimpi buruk bagi orang-orang yang tinggal di sana," kata Mardini.

Mengutip Associated Press, PBB telah mencatat setidaknya 596 kematian warga sipil di Ukraina sejak invasi Rusia dimulai. Jumlahnya bahkan diyakini bisa lebih tinggi dari itu. Pejabat Ukraina mengatakan bahwa setidaknya 85 anak-anak termasuk di antara yang tewas.

Sementara itu, pemerintah Ukraina mengumumkan rencana bantuan kemanusiaan baru dan koridor evakuasi. Dewan kota Mariupol melaporkan ada sekitar 160 mobil sipil mulai terlihat berbaris meninggalkan kota.