KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Palo Alto Networks, perusahaan yang bergerak dalam kemanan siber, menjabarkan proyeksi keamanan internet tingkat 4 atau 4G di kawasan Asia Pasifik masih mendominasi dan menjadi gambaran persoalan keamanan internet tingkat 5 atau 5G. Kevin O'Leary, Field Chief Security Officer Asia Pacific Palo Alto Networks menjelaskan pada 2020 mendatang, uji coba penggelaran 5G masih minim menuai kesukseskan. Ia berpendapat pembangunan infrastruktur 5G baru akan terjadi secara besar besaran pada kurun waktu 10 tahun ini. Baca Juga: Realme 5s resmi masuk Indonesia, ini harga dan spesifikasinya "Sebelum menuju 5G, jaringan 4G yang ada sekarang masih rentan terbuka terhadap bentuk serangan, spam, eavesdropping, virus malware, IP Spoofing, pembobolan data, hingga serangan DDoS. Tantangan besarnya tidak hanya jaringan operator mobile lain saling terkoneksi, tetapi juga belum seragamnya standar keamanan perangkat berbasis long term evolution (LTE)," jelas O'Leary saat pemaparan Prediksi Keamanan Siber 2020 di Jakarta, Selasa (3/12). Ia melanjutkan, jika hal tersebut tidak diantisipasi dari sekarang, maka keamanan 5G di masa depan makin pelik. Ditambah lagi, menurut O'Leary, kesadaran pelanggan jaringan terhadap perilaku aman dunia maya masih sangat kurang. Palo Alto Networks juga memperkirakan, jaringan 4G akan terus dijadikan target serangan oleh peretas tahun depan. Mereka menilai, pada 2020 akan terjadi peningkatan proses legislasi terkait privasi data di Asia Pasifik. Indonesia dan India, antara lain, sedang merancang aturan mengenai perlindungan data pribadi. Baca Juga: Huawei siapkan bonus US$ 286 juta bagi karyawan demi keluar dari efek daftar hitam AS "Diperkirakan pada 2020 akan ada lebih banyak negara yang menerbitkan aturan perlindungan data, terutama untuk sektor publik. Palo Alto Networks menggarisbawahi bahwa menempatkan data di dalam negeri tidak berarti otomatis terjamin keamanannya," kata O'Leary. Dari titik tersebut, Palo Alto menyebut tiap perusahaan perlu mengadopsi strategi keamanan siber yang komprehensif untuk mendukung keamanan operasi maupun informasi lintas jaringan di endpoint maupun cloud. "Perusahaan secara berkala perlu mengevaluasi nilai dari setiap informasi yang dikumpulkan dan menerapkan kontrol yang ketat di setiap akses," pungkasnya.
Palo Alto Networks: Jaringan 4G masih jadi target serangan peretas tahun depan
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Palo Alto Networks, perusahaan yang bergerak dalam kemanan siber, menjabarkan proyeksi keamanan internet tingkat 4 atau 4G di kawasan Asia Pasifik masih mendominasi dan menjadi gambaran persoalan keamanan internet tingkat 5 atau 5G. Kevin O'Leary, Field Chief Security Officer Asia Pacific Palo Alto Networks menjelaskan pada 2020 mendatang, uji coba penggelaran 5G masih minim menuai kesukseskan. Ia berpendapat pembangunan infrastruktur 5G baru akan terjadi secara besar besaran pada kurun waktu 10 tahun ini. Baca Juga: Realme 5s resmi masuk Indonesia, ini harga dan spesifikasinya "Sebelum menuju 5G, jaringan 4G yang ada sekarang masih rentan terbuka terhadap bentuk serangan, spam, eavesdropping, virus malware, IP Spoofing, pembobolan data, hingga serangan DDoS. Tantangan besarnya tidak hanya jaringan operator mobile lain saling terkoneksi, tetapi juga belum seragamnya standar keamanan perangkat berbasis long term evolution (LTE)," jelas O'Leary saat pemaparan Prediksi Keamanan Siber 2020 di Jakarta, Selasa (3/12). Ia melanjutkan, jika hal tersebut tidak diantisipasi dari sekarang, maka keamanan 5G di masa depan makin pelik. Ditambah lagi, menurut O'Leary, kesadaran pelanggan jaringan terhadap perilaku aman dunia maya masih sangat kurang. Palo Alto Networks juga memperkirakan, jaringan 4G akan terus dijadikan target serangan oleh peretas tahun depan. Mereka menilai, pada 2020 akan terjadi peningkatan proses legislasi terkait privasi data di Asia Pasifik. Indonesia dan India, antara lain, sedang merancang aturan mengenai perlindungan data pribadi. Baca Juga: Huawei siapkan bonus US$ 286 juta bagi karyawan demi keluar dari efek daftar hitam AS "Diperkirakan pada 2020 akan ada lebih banyak negara yang menerbitkan aturan perlindungan data, terutama untuk sektor publik. Palo Alto Networks menggarisbawahi bahwa menempatkan data di dalam negeri tidak berarti otomatis terjamin keamanannya," kata O'Leary. Dari titik tersebut, Palo Alto menyebut tiap perusahaan perlu mengadopsi strategi keamanan siber yang komprehensif untuk mendukung keamanan operasi maupun informasi lintas jaringan di endpoint maupun cloud. "Perusahaan secara berkala perlu mengevaluasi nilai dari setiap informasi yang dikumpulkan dan menerapkan kontrol yang ketat di setiap akses," pungkasnya.