JAKARTA. PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja), perusahaan pengelola dan distribusi air bersih di DKI Jakarta memperkirakan bisa meraih pendapatan Rp 1,6 triliun di tahun ini. Jumlah tersebut lebih besar Rp 50 miliar dibanding pencapaian tahun lalu yang sebesar Rp 1,1 triliun.Corporate Communication Head Palyja Meyritha Maryanie menyebut, pendapatan tahun ini kemungkinan tidak jauh berbeda dibanding 2011. Adapun, tambahan pendapatan sekitar Rp 50 miliar, karena ditargetkan tahun ini volume air yang terjual akan meningkat dari 153 juta meter kubik menjadi 160 juta meter kubik. "Kalau tambahan volume air terjual sebanyak 7 juta meter kubik, dikalikan rata-rata harga air Rp 7.248 per meter kubik. Jadi, sekitar Rp 50 miliar tambahan pendapata,"ujar Meyritha kepada KONTAN saat ditemui di Bandung, akhir pekan lalu.Palyja beroperasi di Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan sebagian Jakarta Utara. Perusahaan yang komposisi sahamnya dimiliki Suez Environnement (51%) dan PT Astratel Nusantara (49%) ini memiliki jumlah sambungan pelanggan 414.000, dengan panjang jaringan pipa 5.300 km.Sejak menjadi operator air bersih di Jakarta pada 1998 silam, total investasi Palyja hingga 2011 sudah mencapai Rp 1,6 triliun. Investasi tersebut untuk membiayai penambahan jaringan pipa baru di wilayah operasi. Saat masuk sebagai operator air bersih di Jakarta jaringan pipa di wilayah oeprasi Palyja baru sekitar 4.000 km.Palyja saat ini memiliki beberapa instalasi pengolahan air (water treatment plant) yaitu Pejompongan I dan II dan di Cilandak. Sumber air dari Waduk Jatiluhur berupa air baku yang kemudian diolah menjadi air curah di instalasi Pejompongan I dan II. Berdasarkan kontrak PT Perusahaan Jasa Tirta II yang mengelola Waduk Jatiluhur total air baku untuk Palyja sebanyak 6.200 liter per detik. Namun, menurut Meyritha, kenyataannya air yang diterima berfluktuasi antara 5.500-5.800 liter per detik. Ini karena banyak sampah menumpuk di kanal Tarum Barat. "Mungkin dari sana (Jatiluhur) air banyak tetapi sampai di Jakarta, apalagi di tempat kami di ujung barat itu hanya 5.500-5.800 liter per detik," tandasnya.
Palyja perkirakan raih pendapatan Rp 1,6 triliun
JAKARTA. PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja), perusahaan pengelola dan distribusi air bersih di DKI Jakarta memperkirakan bisa meraih pendapatan Rp 1,6 triliun di tahun ini. Jumlah tersebut lebih besar Rp 50 miliar dibanding pencapaian tahun lalu yang sebesar Rp 1,1 triliun.Corporate Communication Head Palyja Meyritha Maryanie menyebut, pendapatan tahun ini kemungkinan tidak jauh berbeda dibanding 2011. Adapun, tambahan pendapatan sekitar Rp 50 miliar, karena ditargetkan tahun ini volume air yang terjual akan meningkat dari 153 juta meter kubik menjadi 160 juta meter kubik. "Kalau tambahan volume air terjual sebanyak 7 juta meter kubik, dikalikan rata-rata harga air Rp 7.248 per meter kubik. Jadi, sekitar Rp 50 miliar tambahan pendapata,"ujar Meyritha kepada KONTAN saat ditemui di Bandung, akhir pekan lalu.Palyja beroperasi di Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan sebagian Jakarta Utara. Perusahaan yang komposisi sahamnya dimiliki Suez Environnement (51%) dan PT Astratel Nusantara (49%) ini memiliki jumlah sambungan pelanggan 414.000, dengan panjang jaringan pipa 5.300 km.Sejak menjadi operator air bersih di Jakarta pada 1998 silam, total investasi Palyja hingga 2011 sudah mencapai Rp 1,6 triliun. Investasi tersebut untuk membiayai penambahan jaringan pipa baru di wilayah operasi. Saat masuk sebagai operator air bersih di Jakarta jaringan pipa di wilayah oeprasi Palyja baru sekitar 4.000 km.Palyja saat ini memiliki beberapa instalasi pengolahan air (water treatment plant) yaitu Pejompongan I dan II dan di Cilandak. Sumber air dari Waduk Jatiluhur berupa air baku yang kemudian diolah menjadi air curah di instalasi Pejompongan I dan II. Berdasarkan kontrak PT Perusahaan Jasa Tirta II yang mengelola Waduk Jatiluhur total air baku untuk Palyja sebanyak 6.200 liter per detik. Namun, menurut Meyritha, kenyataannya air yang diterima berfluktuasi antara 5.500-5.800 liter per detik. Ini karena banyak sampah menumpuk di kanal Tarum Barat. "Mungkin dari sana (Jatiluhur) air banyak tetapi sampai di Jakarta, apalagi di tempat kami di ujung barat itu hanya 5.500-5.800 liter per detik," tandasnya.