KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pamerindo Indonesia menggelar webinar bertema Keberlanjutan dalam Industri Manufaktur Indonesia secara virtual pada Kamis, (21/4). Tujuan webinar ini yaitu membahas pola bisnis dengan beradaptasi pada sistem keberlanjutan (
sustainability) bersama pakar dan pelaku bisnis. Dalam keterangannya, Event & Marketing Manager PT Pamerindo Indonesia Kartina Lydiawati mengatakan, bincang virtual ini berfokus untuk meningkatkan kesadaran pelaku usaha tentang keberlanjutan pada sektor manufaktur. Sektor manufaktur menjadi bidang strategis untuk menerapkan model keberlanjutan. Penerapan tersebut tentu dapat mengurangi dampak lingkungan dan efisien dalam menggunakan energi. “
Webinar ini juga jadi ajang
sharing pola keberlanjutan oleh para pelaku bisnis. Nantinya ada juga pameran
sustainability di JIExpo dan bisa dihadiri masyarakat dan pelaku bisnis lainnya,” kata Kartina dalam sambutannya.
Sementara itu, Managing Director Asia of PZ Cussons and Board Member of BritCham Indonesia, Dimitri Kostainas mengatakan, keberlanjutan punya tujuan untuk membangun kehidupan yang lebih berkualitas.
Sustainability juga membangun bisnis yang baik bagi perusahan. Perusahaan yang berfokus di bidang kosmetik tersebut punya tiga pendekatan yang bertujuan mengembangkan
sustainability, yaitu
for everyone, for life, dan
for good. Ketiganya bagaikan rantai bisnis, sehingga turut menjaga kestabilan hidup dan lingkungan. Secretary General of Indonesia Automotive Manufacturers Association (GAIKINDO) Kukuh Kumara pun mengungkapkan, industri otomotif punya ekosistem yang sangat panjang. Peluang tersebut harus dimanfaatkan sebaik mungkin demi ekonomi nasional. “Otomotif sudah ikut banyak model, mulai dari Euro 1, 2, atau 3. Bahkan saat ini masuk juga tenaga listrik yang dianggap lebih ramah lingkungan,” jelas Kukuh. Industri manufaktur Indonesia, lanjut Kukuh, sebenarnya sudah masuk dalam
green sustainability. Posisi ini tentunya harus dipraktikan sebaik mungkin agar bisnis keberlanjutan terus konsisten. Pelaku bisnis pun harus mendorong praktik tersebut supaya menyerap lapangan pekerjaan baru. Selaras dengan Kukuh, Secretary General of Indonesia Plastics Recyclers (IPR) Wilson Pandhika memprediksi industri ini cukup banyak menyerap pekerja sektor informal. Ada sekitar 4 juta pekerja masuk dalam industri ini. Namun, ia juga berpendapat angka tersebut dapat bertambah seiring berjalannya waktu. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri untuk menumbuhkan pola bisnis
sustainability. “Industri ini didominasi oleh sektor informal sekitar 4 juta orang. Tentu ini menjadi sebuah peluang untuk meningkatkan sistem keberlanjutan di banyak industri,” kata Wilson. Tersedianya potensi tersebut tentu harus berdampak juga bagi
circular economy. Director of Legal, External Affairs & Circular Economy of PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk. Edi Rivai menjelaskan, sampah plastik dapat berkembang menjadi konsep
circular economy.
Circular economy berguna untuk mengoptimalkan material sampah menjadi produk siap pakai serta bernilai jual. Pola ini dapat mengatasi sampah industri manufaktur. “Industri ini punya peran untuk mengatasi sampah. Masyarakat juga punya banyak cara untuk mengembangkan produk lokal dari kelola sampah,” ucap Edi. Rivai menuturkan, ada lima sektor berkesempatan untuk mengelola sampah, di antaranya sektor makanan, tekstil, konstruksi, retail, dan elektronik. Kesempatan tersebut bukan tanpa tantangan. Terdapat empat tantangan lain dalam mengembangkan pola bisnis
sustainability di sektor ini, salah satunya infrastruktur.
“Ada 4 tantangan
circular economy, di antaranya teknik pengemasan, infrastruktur belum memadai, perilaku konsumen yang belum mengerti, dan dukungan regulasi pemerintah,” pungkas Rivai. Selain webinar, peserta dan pelaku bisnis dapat mengikuti pameran Manufacturing Indonesia (30 November – 3 Desember 2022) dan Plastik and Rubber Indonesia (16 – 19 November 2022) secara hybrid di JIExpo Kemayoran, Jakarta. Untuk informasi lanjut,
follow LinkedIn dan Facebook
Manufacturing Indonesia dan
Plastics and Rubber Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Indah Sulistyorini