JAKARTA. ExxonMobil telah menyatakan mundur dari proyek East Natuna. Biarpun begitu, Exxon masih membuka peluang kerjasama dalam pemanfaatan teknologi pemisah Co2 yang dibutuhkan untuk pengembangan blok East Natuna. Erwin Maryoto, Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil Indonesia bilang Exxon memiliki teknologi yang mampu memisahkan Co2. Teknologi ini bahkan telah di uji coba di research center Exxon. "Ya kami menyampaikan ke Pertamina atau ke Pemerintah kalau memang Pertamina ataupun siapa pun nanti mau memerlukan teknologi yang kami miliki untuk pemisahan Co2 ya kami siap kerja sama," ujar ketika ditemui di Kementerian ESDM Jakarta pada Kamis (20/7). Namun Erwin belum bisa menyebut biaya penggunaan teknologi pemisah Co2 tersebut. Dia hanya bilang biaya untuk pemisahan Co2 cukup besar. "Tapi keseluruhannya cukup besar lah," katanya. Faktor biaya yang besar dan kandungan CO2 yang mencapai 72% inilah yang menjadi alasan Exxon hengkang dari proyek East Natuna. Exxon sendiri baru saja menyampaikan secara resmi pengunduran perusahaan dari proyek East Natuna dalam pertemuan dengan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM pada Kamis (20/7). Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai hasil Technology and Market Review (TMR) pada Kamis (20/7). Hasil TMR inilah yang menjadikan alasan Exxon mundur dari blok East Natuna. "Setelah kami lihat, kami review, kami lihat hasilnya segala macam ya, kami memutuskan tidak berpartisipasi dalam pembahasan maupun dalam kegiatan lanjutan di East Natuna," jelas Erwin. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pamit dari Natuna, ExxonMobil tawarkan teknologi
JAKARTA. ExxonMobil telah menyatakan mundur dari proyek East Natuna. Biarpun begitu, Exxon masih membuka peluang kerjasama dalam pemanfaatan teknologi pemisah Co2 yang dibutuhkan untuk pengembangan blok East Natuna. Erwin Maryoto, Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil Indonesia bilang Exxon memiliki teknologi yang mampu memisahkan Co2. Teknologi ini bahkan telah di uji coba di research center Exxon. "Ya kami menyampaikan ke Pertamina atau ke Pemerintah kalau memang Pertamina ataupun siapa pun nanti mau memerlukan teknologi yang kami miliki untuk pemisahan Co2 ya kami siap kerja sama," ujar ketika ditemui di Kementerian ESDM Jakarta pada Kamis (20/7). Namun Erwin belum bisa menyebut biaya penggunaan teknologi pemisah Co2 tersebut. Dia hanya bilang biaya untuk pemisahan Co2 cukup besar. "Tapi keseluruhannya cukup besar lah," katanya. Faktor biaya yang besar dan kandungan CO2 yang mencapai 72% inilah yang menjadi alasan Exxon hengkang dari proyek East Natuna. Exxon sendiri baru saja menyampaikan secara resmi pengunduran perusahaan dari proyek East Natuna dalam pertemuan dengan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM pada Kamis (20/7). Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai hasil Technology and Market Review (TMR) pada Kamis (20/7). Hasil TMR inilah yang menjadikan alasan Exxon mundur dari blok East Natuna. "Setelah kami lihat, kami review, kami lihat hasilnya segala macam ya, kami memutuskan tidak berpartisipasi dalam pembahasan maupun dalam kegiatan lanjutan di East Natuna," jelas Erwin. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News