KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cita-cita menuju
Net Zero Carbon Emissions dengan cara memberikan pembiayaan berkelanjutan di global mulai kehilangan pamor, terlebih di Amerika Serikat (AS). Ini ditandai dengan keluarnya bank-bank besar di Negeri Paman Sam yang keluar sebagai anggota Net-Zero Banking Alliance (NZBA). JPMorgan Chase saat ini menjadi bank terakhir di Wall Street yang meninggalkan aliansi keuangan iklim terbesar di industri tersebut. Bank terbesar di AS tersebut menyusul langkah Citigroup, Bank of America (BOA), Goldman Sachs, dan Wells Fargo yang lebih dulu keluar. Keluarnya beberapa bank tersebut seiring dengan Donald Trump yang kembali menjadi presiden AS. Seperti diketahui, Trump memiliki sikap politik yang mendukung pendanaan untuk industri berbahan bakar fosil.
Untungnya, kesadaran akan transisi energi keberlanjutan masih dimiliki perbankan di Indonesia. Sebab, bank-bank di Indonesia tetap konsisten dalam menggenjot portofolio kredit yang bertujuan untuk menjadi negara dengan nol emisi karbon. Salah satunya, PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI) yang berdasarkan data kuartal III-2024 menjadi bank dengan portofolio pembiayaan hijau terbesar di Indonesia. Nilainya sudah mencapai Rp 142 triliun atau meningkat sekitar 16,39% secara tahunan (YoY).
Baca Juga: Tergilas Digitalisasi, Bank Tutup Ratusan Kantor Cabang di 2024 Portofolio Bank Mandiri di sektor energi terbarukan telah mencapai Rp 10 triliun, atau peningkatan sebesar 6,1% YoY. Di mana, kredit untuk sektor energi yang tak terbarukan kian menyusut dari Rp 24 triliun di September 2023 menjadi Rp 20 triliun di September 2024. Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar mengungkapkan bahwa bank berlogo pita emas ini secara konsisten telah meningkatkan pembiayaan untuk
renewable energy. Menurutnya, langkah ini sejalan dengan rencana jangka panjang yang tertuang di Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN untuk mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060. Tak berhenti sampai situ, Bank Mandiri juga terus membidik proyek-proyek yang berkaitan dengan perkembangan kendaraan rendah emisi. Di bidang korporasi, bank yang memiliki aset lebih dari Rp 2.000 triliun ini memberikan kredit untuk Transportasi Ramah Lingkungan sebesar Rp 7,2 triliun atau meningkat sebanyak 94,6% YoY. Selain itu, tercatat penyaluran kredit ritel untuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) hingga September 2024 telah mencapai Rp 673 miliar atau meningkat sebesar 129,9% YoY. “Hal ini selaras dengan minat kendaraan listrik yang semakin besar serta
awareness masyarakat yang mulai meningkat terkait dengan energi bersih,” ujar Alexandra, belum lama ini. Tidak hanya sekedar menyediakan kredit kepemilikan kendaraan listrik secara ritel, Bank Mandiri secara penuh juga mendukung pengembangan ekosistem mobil listrik dari hulu ke hilir dengan memberikan pembiayaan beberapa sektor terkait, seperti sektor otomotif dan sektor energi terbarukan. “Pembiayaan ekosistem mobil listrik mendorong penciptaan mobilitas rendah karbon dan membangun kemampuan manufaktur lokal untuk membangun kendaraan Listrik dan sarana penunjangnya,” terang Alexandra. Sementara itu, Senior Vice President Bank Mandiri Freddy Iwan S. Tambunan juga mengungkapkan bahwa kian mencari sektor-sektor tambang yang termasuk dalam kategori energi terbarukan. Misalnya, sektor nikel yang saat ini turut dibidik oleh Bank Mandiri.
Baca Juga: Bank Mandiri Tunjuk M Ashidiq Iswara sebagai Corporate Secretary Menurutnya, masuknya nikel dalam kategori energi terbarukan juga turut mendongkrak portofolio kredit hijau di Bank Mandiri. Di mana, smelter-smelter nikel sejak tahun 2021 juga terus bertambah jumlahnya. “Dengan cadangan cadangan nikel kita yang mencapai 45% cadangan global, maka pembiayaan di sektor nikel ini juga memberikan harapan bagi kami di sektor perbankan,” ujarnya. Selain Bank Mandiri yang memiliki pertumbuhan paling tinggi, bank-bank besar lainnya juga masih kompak dalam menyalurkan pembiayaan hijau. Misal, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang mampu menumbuhkan portofolio kredit hijaunya 8,75% YoY menjadi Rp 87 triliun dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk ( BRI) yang naik sekitar 3,6% YoY menjadi Rp 83,3 triliun.
Dukungan Regulator
Upaya perbankan tanah air yang berlomba menyukseksan Net Zer Carbon Emmision, tak terlepas juga dari peran regulator yang membuat bank-bank ini memiliki
Climate Strategy. Dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memiliki buku Taksonomi untuk Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI). Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengungkapkan bahwa sebagai regulator di sektor jasa keuangan tentu memiliki peran strategis untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Tentu, dengan terus mempertimbangkan kesiapan dari industri itu sendiri.
Ia menambahkan pihaknya dalam menyusun kebijakan keuangan berkelanjutan menggunakan pendekatan yang holistik. Di mana, salah satunya turut memperhitungkan berbagai ruang lingkup tak terbatas pada perubahan iklim saja. “TKBI menerapkan keseimbangan antara prinsip
interoperability dengan upaya transisi menuju net zero emission,” ujarnya, Selasa (7/1). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari