JAKARTA. Memanasnya konflik antara Ukraina dan Rusia telah memoles pamor emas sebagai aset aman (safe haven). Bahkan, akhir pekan lalu, harga logam mulia ini naik paling tajam semenjak tiga pekan terakhir. Mengutip data Bloomberg, Jumat (2/5), harga kontrak emas untuk pengiriman Juni 2014 di Commodity Exchange New York (Comex) naik 1,52% dibanding hari sebelumnya menjadi US$ 1.302,9 per ons troi. Ini merupakan kenaikan terbesar sejak 11 Maret. Tensi geopolitik di Ukraina makin panas. Ukraina mengirimkan tank untuk merebut kembali wilayah Slovyansk yang diduduki kubu pasukan pro separatis Rusia. Mereka meminta Rusia menarik kembali tentara dari wilayah itu. Sebelumnya, harga emas sempat turun 0,7%, lantaran pertumbuhan nonfarm payrolls Amerika Serikat (AS) bulan April mencapai angka tertinggi dalam dua tahun. Sejak awal tahun ini, harga emas sudah naik 8,4% akibat krisis Ukraina dan spekulasi guncangan ekonomi AS. “Meski prospek ekonomi AS mulai membaik, pelaku pasar fokus pada risiko geopolitik yang lebih besar. Maka, mereka mengamankan aset dalam emas," ujar Phil Streible, senior broker komoditas di RJ O'Brien & Associates, dikutip Bloomberg, Jumat (2/5).
Direktur PT Equilibirum Komoditas Berjangka Ibrahim sepakat, fokus utama pasar saat ini kembali kepada konflik di Ukraina. Data ekonomi seakan terabaikan. “Pasukan Rusia kembali memasuki wilayah Ukraina Timur. Secara militer, Rusia lebih menguasai medan,” tutur dia. Namun, analis PT Millenium Penata Futures Suluh Adil Wicaksono menilai, kenaikan harga emas belum signifikan. Meski naik, harga saat ini masih berada di level psikologis. "Fluktuasi harga emas hanya sesaat. Momentum ketegangan di Ukraina tampaknya tidak terlalu dimanfaatkan pelaku pasar,” ujar dia.