JAKARTA. Sepanjang kuartal I-2015, volume transaksi multilateral di PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) tumbuh pesat. Pertumbuhan transaksi tertinggi diraih oleh kontrak emas dan timah. BKDI mencatat, total volume transaksi multilateral emas selama tiga bulan pertama tahun ini 21.352 lot naik 20,02% dibandingkan dengan kuartal IV-2014. Pada periode yang sama, total volume transaksi multilateral timah sepanjang kuartal I-2015 sebanyak 3.906 lot naik 18,90%. Sedangkan volume transaksi minyak sawit (CPO) dan olein tumbuh 17,12% menjadi 128.589 lot. Namun nilai kontrak CPO sepanjang kuartal I merupakan yang terbesar dibandingkan komoditas lainnya yakni Rp 10,50 triliun (lihat tabel).
Stella Novita Lukman, Head of Product Development BKDI menjelaskan, volume transaksi emas relatif stabil karena didominasi oleh investor ritel sebagai sarana lindung nilai maupun sebagai sarana untuk berinvestasi emas fisik. Timah tetap diminati meski harganya sedang turun. Saat rupiah melemah, harga timah dalam denominasi dollar AS menjadikannya tetap menarik. Sebagai contoh, per 31 Desember 2014, harga timah kontrak TINPB300 senilai US$ 19.380 per metrik ton. Kala itu, kursnya adalah Rp 12.388 per dollar AS. Pada 30 Maret 2015, harganya senilai US$ 17.415 per metrik ton. Pada periode itu, nilai tukar rupiah melemah ke level Rp 13.075 per dollar AS. "Itulah sebabnya penurunan harga tidak berpengaruh terhadap volume transaksi timah batangan Indonesia," ujarnya. Sementara penurunan volume transaksi CPO, menurut Stella, imbas dari rencana pemerintah Indonesia memberlakukan pungutan ekspor CPO. Hal ini membuat produsen CPO enggan bertransaksi CPO yang berbasis ekspor. Sejak akhir tahun 2014 hingga akhir Maret 2015, harga olein pada kontrak OleinTR turun 4,9% menjadi Rp 8.045 per kilogram secara year to date (ytd). Produk CPO atau CPOTR tergerus 1,7% menjadi Rp 8.120 per kilogram. Sebaliknya harga emas GoldGR yang naik 4,7% menjadi Rp 505.700 per gram. Andalkan CPO Stella bilang, kontrak CPO, emas maupun timah mempunyai pasar yang berbeda serta karakteristik kontrak yang berbeda pula. Jadi tidak ada satu kontrak yang lebih mendominasi pasar yang sama.
CPO dengan nilai transaksi terbesar masih menjadi komoditas andalan BKDI. Kontrak CPO digunakan oleh para pelaku pasar seperti produsen sebagai sarana lindung nilai. Semakin tinggi fluktuasi harga CPO maka semakin tinggi kebutuhan untuk lindung nilai. BKDI tengah mempersiapkan peluncuran kontrak baru produk CPO. Stella berharap, dengan adanya kontrak baru volume transaksi dapat meningkat. Selain itu, BKDI juga mempersiapkan peluncuran kontrak komoditi yang baru untuk olein, karet serta kontrak komoditi berbasis finansial pada tahun ini. Dengan adanya sederet kontrak anyar tersebut, BKDI menargetkan volume transaksi multilateral sepanjang tahun 2015 naik 20% dibanding dengan tahun lalu menjadi 760.000 lot. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto