Pamor Surya Atap di Eropa Naik Setelah Proyek Pembangkit Angin Hadapi Kendala



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingkat instalasi tenaga surya di Eropa sudah melebihi ekspektasi di mana jumlah terpasang hingga Oktober 2023 sudah menyamai total pemasangan pada tahun lalu. 

Pemodelan Rystad Energy memperkirakan penambahan kapasitas tenaga surya baru akan tumbuh 30% tahun ini dibandingkan tahun 2022, melampaui 58 gigawatt arus searah (GWDC) panel baru hingga akhir tahun ini. 

Tahun ini, instalasi tenaga surya atap akan menjadi menyumbang 70% dari seluruh instalasi tenaga surya baru di Eropa. Realisasi ini menandakan Eropa mampu beradaptasi pada perubahan tren energi dengan teknologi fotovoltaik surya (PV). Gencarnya pemasangan surya atap ini bisa dilakukan cepat karena hambatan peraturan yang relatif lebih sedikit, dibandingkan dengan proyek skala besar yang dilakukan di darat.


Tahun lalu Spanyol menduduki peringkat teratas pemasangan surya atap tertinggi, namun di tahun ini Jerman melaju dengan proyeksi pertumbuhan tahunan pemasangan surya atap sebesar 84% atau mencapai rekor tertinggi sebesar 13,5 GWDC dari total kapasitas PV surya. 

Baca Juga: Ketahanan Energi Indonesia Terancam oleh Memanasnya Geopolitik Dunia

Vegard Wiik Vollset, Wakil Presiden dan Kepala Penelitian Energi Terbarukan EMEA di Rystad Energy menyatakan, pembangkit tenaga surya atap mendorong transformasi lanskap energi terbarukan di Eropa dan membentuk kembali bauran energi di benua ini. 

“Namun, energi angin – termasuk energi darat dan lepas pantai, yang keduanya sebelumnya berada pada jalur pertumbuhan yang kuat – menghadapi kendala yang dapat menghambat ekspansinya,” ujarnya dalam keterangan resmi Kamis (26/10). 

Tren yang terus berkembang ini memberikan tantangan dan peluang tersendiri bagi Eropa di tengah perlombaan dekarbonisasi sambil mempertahankan pasokan energi yang stabil. 

Meski PLTS Atap dapat menjadi solusi, Eropa tetap melihat, pembangkit tenaga angin akan tetap diandalkan sebagai sumber energi di beberapa tahun mendatang. Saat ini, Eropa belum dapat mengembangkan dengan maksimal karena menghadapi sejumlah kendala besar. 

Kendala tersebut ialah perizinan yang lama dan meningkatnya biaya rantai pasokan yang menyebabkan penurunan sebesar 11% pada kegiatan instalasi baru pada di sepanjang tahun ini dibandingkan tahun lalu. 

Akibat masalah itu, kapasitas pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai di Eropa akan tumbuh sedikit atau sebesar 2% karena penundaan proyek.

Meski demikian, salah satu negara di Eropa yakni Jerman terus mencapai kemajuan dalam meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga angin.  Di tahun ini Jerman diperkirakan akan menyalurkan hampir 4 gigawatt (GW) kapasitas pembangkit listrik tenaga angin darat baru. Hal ini menandai pertumbuhan yang stabil dan semakin menunjukkan strategi negara tersebut untuk mempertahankan komitmen yang seimbang dalam memiliki portofolio energi terbarukan yang beragam. 

Berbeda dengan Italia, Swedia dan Perancis telah memitigasi penurunan ini dengan pengurangan kapasitas terpasang tahunan masing-masing sebesar 16% dan 15%. 

Adapun tiga negara lain seperti Finlandia, Spanyol, dan Polandia prospeknya jauh lebih suram karena diproyeksikan akan mengalami penurunan kapasitas terpasang tahunan melebihi 30%.

Adanya serentetan penundaan proyek-proyek utama baru-baru ini berdampak pada kerentanan pasar. Dalam dua bulan terakhir, beberapa pengembang dan pemerintah telah mengumumkan penundaan atau potensi pembatalan proyek di Inggris dan Denmark. Penyebabnya antara lain meningkatnya biaya pengembangan, kesulitan mendapatkan kesepakatan offtake yang diinginkan, dan perubahan peraturan.

Akibatnya, kedua negara ini diperkirakan akan kehilangan target pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai pada tahun 2030 dengan selisih yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya. 

Baca Juga: Xurya Gandeng Samator, Dorong Penggunaan PLTS Atap di Sektor Komersial dan Industri

Misalnya saja, Inggris kini diperkirakan akan mencapai maksimum kapasitas pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai sebesar 46,8 GW pada tahun 2030, meleset dari target pemerintah sebesar 50 GW. Demikian pula, Denmark kini diperkirakan akan mencapai sedikit di atas 10 GW, di bawah targetnya sebesar 12 GW.

Meskipun terdapat banyak kendala yang dihadapi, industri pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai ditengarai akan tetap bertahan. Menunjukkan ketahanan dan potensi jangka panjangnya. 

Perancis, yang merupakan pendatang baru di bidang ini, telah menunjukkan kehadirannya dengan meresmikan fasilitas pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai perdananya, Saint-Brieuc dan Fecamp. 

Selain itu, pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai terapung terbesar di dunia, Hywind Tampen milik Equinor yang berkapasitas 88 megawatt (MW) di lepas pantai Norwegia, mulai beroperasi tahun ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .