Pan Brothers (PBRX) Membidik Target Bisnis yang Konservatif Tahun Depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen garmen, PT Pan Brothers Tbk (PBRX) membidik target bisnis yang konservatif tahun depan. Pihaknya memproyeksikan angka penjualan selama 2023 tak akan jauh berbeda dari capaian tahun 2022.

Direktur Pan Brothers Fitri Ratnasari Hartono mengemukakan, kinerja bisnis perseroan di tahun depan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya situasi ekonomi global dan juga ancaman resesi di 2023 yang dapat berdampak pada melemahnya daya beli para buyer

Selain itu, pendanaan modal kerja yang terbatas membuat perseroan harus berhati-hati dalam mengambil langkah ekspansi di tahun depan.


Maklumlah, PBRX baru saja merampungkan proses restrukturisasi utang pada Juni lalu, sehingga saat ini fasilitas penerbitan Letter of Credit (LC) dari perbankan dikurangi secara drastis.

Baca Juga: Menyelisik Jejak Raja Sawit Martua Sitorus & Keluarganya di Saham Pan Brothers (PBRX)

"Untuk 2023 target kami tidak jauh berbeda dengan tahun 2021-2022. Jadi target 2023 kami akan increase tapi di bawah 10% atau sama kayak 2022 ini," ujar Fitri, dalam Paparan Publik Virtual, Senin (19/12). 

Meski begitu, dia mengklaim bahwa permintaan dari pasar sebenarnya cukup stabil, begitu juga dengan proyeksi pasar garmen di tahun depan. Walaupun memang ada beberapa hambatan seperti masalah logistik yang membuat pengiriman pasokan bahan baku impor sedikit terhambat.  

Pan Brothers juga memandang prospek bisnis garmen di tahun depan masih cukup positif meskipun tidak naik signifikan. Kinerja produsen garmen lokal didukung oleh permintaan dari para buyer yang mencari alternatif produksi di luar China, di mana salah satu pilihan mereka adalah Indonesia. 

"Indonesia dapat keuntungan dari beberapa perpindahan produksi yang sebelumnya di China, buyer cari alternatif di luar China salah satunya Indonesia," sebut dia, 

Perseroan belum berencana meningkatkan kapasitas produksi, baik dengan penambahan mesin maupun pembangunan pabrik baru. Justru, pihaknya kini tengah fokus pada upaya efisiensi lewat otomasi dan digitalisasi operasional, dengan begitu, "Output bisa bertambah, supaya tiap tahun (produksi) bisa naik 5%-10% dari otomasi dan digitalisasi tadi," sambungnya.  

Fokus Rights Issue

Seperti diketahui, PBRX akan melaksanakan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue dengan target nilai US$ 50 juta.

Pihaknya berharap, proses rights issue ini bakal terlaksana di tahun depan. Di mana, rencananya dana yang didapatkan bakal digunakan sebagai tambahan modal kerja, termasuk untuk pengadaan bahan baku dan juga kegiatan operasional. 

 
PBRX Chart by TradingView

"Sementara ini kami mau menyelesaikan rights issue saja. Kami harapkan di Desember 2022-Januari 2023 bisa selesai," kata Fitri.

Hingga September 2022, PBRX tercatat membukukan penjualan sebesar US$ 501,96 juta. Angka ini turun tipis 1,15% dari sebelumnya US$ 507,81 juta per September 2021.  Penjualan PBRX masih didominasi oleh penjualan ekspor yang mencapai US$ 472,85 juta. Kemudian disusul oleh penjualan lokal senilai US$ 29,46 juta. 

Dari sisi bottom line, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar US$ 12,87 juta. Yang mana mengalami penyusutan dari semula US$ 19,02 juta pada periode yang sama tahun lalu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .