Panca Amara melanjutkan pabrik amonia



JAKARTA. PT Panca Amara Utama, perusahaan amonia,  tengah menuntaskan proyek pabrik amonia di Luwu, Sulawesi Tengah. Targetnya, pabrik milik anak usaha PT Surya  Esa Perkasa Tbk (ESSA) ini kelar dan beroperasi pada kuartal III-2015.

Sekretaris Perusahaan Surya Esa Perkasa, Khanisk Laroya, menyatakan, nilai investasi proyek pabrik amonia ini sekitar US$ 700 juta atau nyaris Rp 8 triliun dengan hitungan kurs saat ini. Total kapasitas produksi amonia pabrik ini sekitar 700.000 ton per tahun. "Produksi pabrik ini berguna untuk menunjang pabrik pupuk," kata Khanisk kepada KONTAN, kemarin (19/11).

Sebenarnya, kapasitas pabrik ini bisa dinaikkan lagi hingga dua kali lipatnya. Namun, tambahan kapasitas produksi itu tergantung pada jumlah pasokan gas dari Blok Donggi-Senoro.


Sebagai catatan, pada tahun 2005, Panca Amara Utama meneken pokok-pokok perjanjian jual beli gas (PJBG) dengan Joint Operation Body  (JOB) Pertamina Medco Tomori Sulawesi. Semula, dari total produksi blok ini yang mencapai sekitar 415 mmscfd, Panca Amara mendapat alokasi gas sebanyak 130 juta kaki kubik per hari (mmscfd).

Namun, tahun 2010, jatah tersebut dipangkas dan Panca Amara hanya berhak mendapatkan 55 mmscfd dari Blok Donggi-Senoro. Sebanyak 335 mmscfd gas Donggi Senoro masuk ke kilang gas Donggi-Senoro LNG, dan 25 mmscfd mengalir 25 mmscfd ke PLN.

Khanisk menambahkan, pada awalnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla sudah meminta agar 100% gas dari lapangan Donggi-Senoro dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan domestik. "Tetapi Panca Amara waktu itu hanya memiliki pokok-pokok perjanjian jual beli gas. Sedangkan Donggi-Senoro LNG sudah memiliki perjanjian jual beli gas dengan JOB Pertamina-Medco Energy," ujar dia.

Alhasil, dengan alokasi gas hanya sebesar 55 mmscfd itu, ESSA yang mengakuisisi Panca Amara pada Agustus 2011 lalu, hanya melanjutkan proyek pembangunan pabrik amonia berkapasitas produksi sesuai dengan pasokan gas sebesar 55 mmscfd. "Sejak feasibility study hingga konstruksi, kami menyesuaikan pabrik itu dengan pasokan gas 55 mmscfd," tambah dia.

Pengamat Migas John Karamoy yang juga pendiri Medco berujar, sejak awal memang gas dari lapangan Donggi-Senoro dialokasikan untuk proyek LNG. Jika ada sisanya baru dijatah untuk pabrik pupuk dan kebutuhan lain. "Standar kebutuhan pabrik pupuk 55 mmscfd," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan