KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak lama lagi, libur Hari Raya Lebaran tiba. Sejatinya, momen ini pantas disambut gegap gempita oleh masyarakat Indonesia. Namun, keberadaan pandemi Covid-19 membuat masa libur Lebaran dapat menjadi bumerang jika masyarakat tidak waspada. Memang, pemerintah sudah melarang pelaksanaan mudik Lebaran di tahun ini. Namun, ancaman penyebaran virus corona (Covid-19) jelas masih ada. Apalagi, kerumunan masyarakat masih mudah ditemukan di tempat-tempat seperti pusat perbelanjaan ataupun tempat wisata. Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, pada dasarnya situasi pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum terkendali. Hal ini diperlihatkan oleh angka
positive rate Indonesia yang belum pernah di bawah level 10%. Kondisi tersebut membuat situasi pandemi di tanah air bagaikan bom waktu yang siap meledak setiap saat ketika ada pemicunya.
“
Triggered bom waktu ini berupa kejadian-kejadian super
spreader event atau peristiwa di mana manusia berkerumun ramai sehingga menimbulkan klaster. Ini bisa berupa kegiatan mudik, keagamaan, pasar, hingga kantor,” ungkap dia, Senin (3/5). Untuk menghindari kejadian penuh risiko tersebut, mau tidak mau masyarakat mesti membatasi mobilitasnya. Aktivitas berbelanja kebutuhan untuk Lebaran sebaiknya dilakukan secara online melalui berbagai platform e-commerce yang tersedia. Kalaupun harus berpergian untuk membeli sesuatu, kegiatan tersebut sebaiknya dilakukan di pasar atau pusat perbelanjaan yang dekat dengan rumah. “Kalau orang Tangerang, sebaiknya beli kebutuhan di pasar yang ada di Tangerang saja,” imbuh Dicky memberi contoh. Menurutnya, aktivitas berpergian dengan jarak yang jauh sangat berisiko terhadap penularan Covid-19. Sebab, semakin jauh seseorang pergi, maka kemungkinan orang tersebut untuk berinteraksi dan kontak fisik dengan benda atau orang lain semakin besar. Alhasil, risiko terpapar virus corona juga meningkat.
Baca Juga: Ini penyebab orang tertular Covid-19 meski sudah pakai masker di tempat umum Tak hanya itu, aktivitas di luar rumah untuk membeli kebutuhan Lebaran hendaknya tidak melibatkan orang-orang berusia lansia atau yang berisiko tinggi terserang penyakit. “Pastikan kondisi tubuh sehat ketika pergi keluar rumah,” kata dia. Lebih lanjut, Dicky mempertanyakan efektivitas Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro yang diterapkan oleh pemerintah. Hal ini berkaca pada kerumunan masyarakat yang terjadi di berbagai tempat, salah satunya di Kawasan Tanah Abang. Dengan banyaknya masyarakat dari berbagai daerah yang berkunjung ke Pasar Tanah Abang, ini menandakan bahwa kebijakan PPKM Mikro belum menyentuh tujuan utamanya, yakni mengurangi penyebaran Covid-19 dalam skala komunitas. “Inti dari PPKM adalah adanya perubahan perilaku masyarakat dalam menyikapi pandemi, tapi ini belum terlihat,” imbuh dia. Dia juga mengingatkan supaya pemerintah tidak boleh bertindak di menit-menit akhir dalam mengantisipasi kerumunan masyarakat di tengah pandemi. Potensi-potensi seperti itu seharusnya sudah bisa dimitigasi sejak jauh-jauh hari. Dalam kasus kerumunan di Pasar Tanah Abang, ada baiknya pedagang-pedagang di level Pasar Jaya juga dibekali pilihan untuk menjual barangnya secara online. Hal ini diharapkan dapat mengurangi jumlah orang yang datang ke pasar tersebut, karena sebagian di antaranya memilih untuk belanja dari rumah.
Selain itu, menyambut Hari Raya Idulfitri, pemerintah juga diharapkan segera melakukan operasi pasar untuk memastikan ketersediaan makanan-makanan yang banyak dikonsumsi saat lebaran nanti. Tak ketinggalan, Dicky juga mengingatkan pemerintah untuk memastikan bahwa terdapat banyak pilihan pasar yang bisa diakses oleh masyarakat, sehingga mereka tidak tertuju pada satu tempat saja dan menimbulkan kerumunan.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari