Pandemi Covid-19 bikin China lebih cepat ungguli AS sebagai negara ekonomi terbesar



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pandemi Covid-19 bakal mempercepat China menjadi negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Saat ini, negara tirai bambu ini masih tercatat di urutan kedua dari skala ekonomi terbesar di dunia, mengekor Amerika Serikat (AS) di posisi pertama.

The Centre for Economics and Business Research (CEBR) atau Pusat Penelitian Ekonomi dan Bisnis dalam sebuah laporan memperkirakan posisi AS tersebut akan diambilalih oleh China pada tahun 2028. Adanya pandemi Covid-19 mempercepat China mengungguli AS lima tahun lebih awal dari proyeksi yang dilakukan lalu.

Dalam Tabel Liga Ekonomi Dunia, konsultan itu juga menghitung bahwa China dapat menjadi ekonomi berpenghasilan tinggi segera pada tahun 2023. India yang akan lebih lanjut memperkuat pertumbuhan ekonomi Asia akan naik ke peringkat ketiga sebagai ekonomi terbesar pada tahun 2030.


Presiden China Xi Jinping mengatakan bulan lalu bahwa sangat mungkin bagi ekonomi China naik berlipat ganda pada tahun 2035 di bawah Rencana Lima Tahun baru pemerintahnya, yang bertujuan untuk mencapai sosialisme modern dalam 15 tahun.

China adalah ekonomi pertama yang mengalami pukulan pandemi, tetapi telah pulih dengan cepat. “Biasanya, kami membandingkan diri kami dengan ekonomi Barat lainnya dan sering melewatkan praktik terbaik, terutama di ekonomi yang tumbuh pesat di Asia,” kata pemerintah China dikutip Bloomberg, Minggu (27/12).

Baca Juga: China akan geser AS sebagai negara dengan ekonomi terbesar dunia di 2028

Dalam tabel liga tahunan tentang prospek pertumbuhan di 193 negara, grup konsultan yang berbasis di Inggris itu mengatakan China telah bangkit kembali dengan cepat dari efek Covid-19 dan akan tumbuh sebesar 2% pada tahun 2020, sebagai salah satu ekonomi global utama yang berkembang.

Dengan AS diperkirakan akan berkontraksi sebesar 5% tahun ini, China akan mempersempit kesenjangan dengan saingan terbesarnya. Secara keseluruhan, produk domestik bruto global diperkirakan turun 4,4% tahun ini, penurunan terbesar satu tahun sejak perang dunia kedua.

Douglas McWilliams, Wakil Ketua CEBR, mengatakan berita besar dalam perkiraan ini adalah kecepatan pertumbuhan ekonomi China. 

"Kami berharap ini menjadi ekonomi berpenghasilan tinggi selama periode rencana lima tahun saat ini (2020-2025). Dan kami mengharapkannya untuk mengambil alih AS lima tahun penuh lebih awal dari yang kami lakukan setahun yang lalu," katanya dikutip Guardian. 

Tidak hanya China, negara Asia lainnya juga meningkatkan peringkatnya dalam laporan tersebut. Menurut Douglas, pembuat kebijakan di Barat perlu memperhatikan apa yang dilakukan negara-negara Asia bisa lebih baik selama pandemi ini. 

Pangsa China dalam PDB global telah meningkat dari 3,6% pada 2000 menjadi 17,8% pada 2019 dan akan terus tumbuh, kata CEBR. Itu akan melewati ambang batas per kapita US$ 12.536 untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2023.

Meski begitu, standar hidup di China akan tetap jauh lebih rendah daripada di AS dan negara-negara Eropa Barat. Di AS, pendapatan per kapita rata-rata sedikit di atas  US$ 63.000, sedangkan di Inggris hanya di atas US$ 39.000.

Selanjutnya: China menjadi negara terbaru yang melarang penerbangan dari Inggris

Editor: Herlina Kartika Dewi