KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 masih mengerem laju bisnis sektor transportasi. Kasus covid yang kian melonjak dikhawatirkan kembali menghambat kinerja emiten yang bergedak di bidang usaha transportasi, tak terkecuali bagi PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (
LRNA). Managing Director LRNA Dwi Ryanta Soerbakti mengamini, pandemi tahun lalu telah memukul telak kinerja perusahaan. Padahal pada tahun 2019, Dwi menyebut, secara
cash flow LRNA sudah sangat sehat. "Tapi pandemi meruntuhkan strategi-strategi dan program-program yang kami laksanakan untuk meningkatkan kinerja," ujar Dwi saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (22/6).
Tadinya, LRNA berharap, tahun 2021 menjadi momentum untuk mendongkrak kinerja dan memperkecil kerugian. Apalagi, ada katalis positif berupa program vaksinasi dan mulai menggeliatnya mobilisasi penumpang. Sayangnya, harapan itu kian memudar.
Baca Juga: Pendapatan menurun tajam, Eka Sari Lorena (LRNA) lakukan efisiensi "Lonjakan corona pasca Idul Fitri membuat harapan itu terhempas. Aturan pemerintah yang memperketat mobilisasi manusia akan mempengaruhi pendapatan secara signifikan," kata Dwi. Apalagi, pemulihan bisnis transportasi pun terganjal kebijakan larangan mudik pemerintah pada masa lebaran lalu. Dwi memberikan gambaran, operasional LRNA masih berkisar 40%-50% dibandingkan kondisi normal sebelum pandemi covid-19. Oleh sebab itu, untuk bisa bertahan LRNA mengatur strategi dengan mencari peluang mengikuti tender rental dan tender pemerintah yang masih berjalan. Beruntungnya, sambung Dwi, beban tidak bertambah berat karena LRNA memiliki kewajiban dengan jumlah yang relatif kecil kepada pihak bank atau leasing. "Jadi dengan efisiensi di segala bidang dan strategi-strategi itu kami yakin mampu bertahan," kata Dwi lagi. Asal tahu saja, pada tahun lalu LRNA mencatatkan pendapatan sebesar Rp 65,04 miliar, turun 47,78% dibandingkan pendapatan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 124,57 miliar. Pendapatan LRNA didominasi dari bus AKAP senilai Rp 55,74 miliar atau 85,7% dari pendapatan. Pada tahun lalu, pendapatan dari bus AKAP itu medorot 49,57% dibandingkan tahun 2019.
Selain dari bus AKAP, pendapatan LRNA disumbang oleh shuttle bus (Rp 4,8 miliar), bus AKAP jarak pendek (Rp 2,88 miliar), dan bus angkutan bandara sebesar Rp 1,6 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat