Pandemi menghantam Singapura ke dalam resesi karena PDB merosot 41% di kuartal kedua



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Ekonomi Singapura mengalami kontraksi rekor pada kuartal kedua, menyebabkan resesi dan menempatkan negara yang bergantung pada perdagangan itu pada kemerosotan terburuk yang pernah terjadi tahun ini ketika wabah virus corona mengekstraksi banyak kerugian pada bisnis.

Produk domestik bruto (PDB) anjlok dengan rekor 41,2% dalam tiga bulan yang berakhir Maret, berdasarkan basis tahunan kuartal ke kuartal, data awal dari Kementerian Perdagangan dan Industri menunjukkan pada hari Selasa, lebih buruk daripada ekspektasi ekonom yakni 37,4% penurunan dalam jajak pendapat Reuters.

Baca Juga: Saham operator kasino di Makau melesat setelah China buka perbatasan


Dampak sektoral lebih luas dengan sektor jasa dan konstruksi paling terpukul. Konstruksi, yang hampir berhenti, anjlok 95,6% berdasarkan kuartal-ke-tahunan (ytd) yang disesuaikan secara musiman. "Angka-angka ini terlihat cukup suram, meskipun ini lebih buruk daripada yang kami harapkan," kata Steve Cochrane, ekonom di Moody's Analytics dikutip dari Reuters.

Secara year on year, PDB menukik 12,6% dibandingkan perkiraan ekonom untuk kontraksi 10,5%. Sektor manufaktur tumbuh 2,5% dari tahun lalu, terutama karena lonjakan output di sektor biomedis, meskipun itu masih lebih rendah dari kenaikan 8,2% pada kuartal pertama.

Kemerosotan PDB menandai kuartal kedua berturut-turut dari kontraksi untuk pusat keuangan global. Setelah menurun 0,3% tahun-ke-tahun (yoy) pada kuartal pertama dan 3,3% kuartal-ke-kuartal, memenuhi definisi untuk resesi teknis.

Baca Juga: WNA China mandor kapal jadi tersangka penyiksaan anak buah kapal WNI hingga tewas

Analis memperkirakan kontraksi kuartal kedua yang mendalam karena penguncian antara April dan Juni, di mana sebagian besar tempat kerja ditutup untuk mengekang penyebaran virus. Pemerintah memperkirakan PDB setahun penuh untuk berkontraksi di kisaran -7% hingga -4%, penurunan terbesar dalam sejarahnya.

Bank sentral melonggarkan kebijakan moneter pada bulan Maret dan telah memperkenalkan langkah-langkah untuk meningkatkan pinjaman bank, sementara pemerintah telah memompakan stimulus senilai hampir S $ 100 miliar (US$ 72 miliar) untuk menumpulkan dampak pandemi.

Editor: Handoyo .