Pandemi turut menekan pendapatan komisi bisnis remitansi bank BUMN



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 menekan bisnis remitansi atau pengiriman uang antar negara sejumlah bank pelat merah pada tahun 2020. Jumlah transaksi remitansi bank BUMN mengalami penurunan. Pendapatan berbasis komisi atau fee based income yang diperoleh dari bisnis itu juga melorot.

Namun, bank optimistis bisnis remitansi akan mengalami pertumbuhan tahun 2021 meskipun dampak negatif dari pandemi Covid-19 masih belum berakhir. Inisiatif pengembangan dan transformasi digital akan terus digalakkan untuk mendorong pertumbuhan tersebut.

PT Bank Mandiri Tbk misalnya, mencatat penurunan jumlah transaksi remitansi sebesar 15% tahun lalu dibanding tahun sebelumnya. Hanya saja, dari sisi volume transaksi masih terjadi kenaikan sebesar 2%.


Baca Juga: BI ingin bank transparan soal bunga kredit, ini respons bankir

Penurunan transaksi itu membuat fee based income dari bisnis tersebut juga ikut melorot 15% secara year on year (YoY)."Efek dari pandemi masih cukup terasa baik di Indonesia dan dunia, walaupun transaksi sudah mulai recovery di akhir tahun seiring dengan mulai longgarnya restriksi di negara-negara terdampak, termasuk di Indonesia," jelas Evi Dempowati pada SVP Retail Deposit Product & Solution Bank Mandiri pada Kontan.co.id, Kamis (11/2).

Seperti yang diprediksi Bank Dunia, bisnis remitansi cenderung masih terdampak negatif di 2021 ini. Namun, Evi mengatakan pihaknya optimistis dengan berbagai inisiatif pengembangan dan transformasi digital yang dilakukan oleh Bank Mandiri bersama dengan partner remitansi akan mendorong pertumbuhan bisnis ini. Oleh karena itu, perseroan menargetkan transaksi remitansi tumbuh 20% dengan fee based income meningkat 7%.

Guna mendorong pertumbuhan ke depan, Bank Mandiri akan mendorong digitalisasi layanan remitansi tahun 2021 ini sejalan dengan transformasi digital Bank Mandiri secara group.

Nasabah akan semakin mudah dan nyaman dalam mengirimkan transaksi remitansi ke luar negeri melalui Mandiri Online dan menerima dana yang dikirim dari jaringan partner Bank Mandiri yang akan semakin luas dan inovatif, khususnya di berbagai negara yang memiliki banyak diaspora dan Pekerja Migran Indonesia.

Baca Juga: Milenial ingin punya rumah? Simak tips dari bos DMS Propertindo (KOTA) berikut

Sementara PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatatkan frekuensi transaksi remitansi sebanyak 4,5 juta. Henry Panjaitan, Direktur Treasury dan International BNI mengatakan, bisnis ini masih relatif stabil walaupun terdampak pandemi. Ini karena terjadi kenaikan transaksi dari negara-negara  yang  menerapkan aplikasi digital pada front-end, seperti di Korea Selatan, Taiwan & Singapura.

Namun, fee based income yang diperoleh BNI dari remitansi tahun lalu mengalami penurunan sebesar 5,1% menjadi Rp 223 miliar. Tahun ini, BNI memperkirakan bisnis remitansi bakal tumbuh. BNI menargetkan frekuensi transaksinya bisa naik ke 5 juta dan menghasilkan pendapatan komisi tumbuh 10%.

Untuk mendorong pertumbuhan tersebut, BNI akan mengandalkan produk unggulan mereka BNI International Remittance (BNI OTR), yaitu layanan Transfer ke Luar Negeri melalui mobile banking BNI. Henry bilang, produk seperti ini belum dimiliki oleh bank lain.

Di era kenormalan baru, BNI OTR dinilai menjadi pilihan terbaik krn menawarkan kemudahan dan kecepatan untuk  kiriman uang ke luar negeri dengan tarif yang terjangkau. 

"Bagi nasabah Korporasi, tersedia layanan International Remittance melalui BNI Direct (aplikasi Cash Management) yang dilengkapi dengan fitur tracking untuk memudahkan nasabah melacak proses kiriman uangnya kepada penerima di luar negeri," imbuh Henry.

Selanjutnya: OJK: Putusan MK terkait fidusia mempengaruhi kesehatan industri multifinance

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi