Panen melimpah, harga garam anjlok Rp 200 per kg



CIREBON. Kemarau panjang yang melanda wilayah Pesisir Pantura, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, membuat panen petani garam melimpah ruah. Dari satu petak yang berukuran sekitar 6x10 meter persegi, petani dapat memanen sekitar 8 hingga 10 karung. 

Namun, panen melimpah itu tak banyak membawa berkah, malah justru membuat petani mengeluh. Pasalnya, garam yang diproduksi secara tradisional itu, hanya dijual dengan harga Rp. 200 dari harga jual normal Rp 500 per kilogram. 

Suharto (40), petani garam, di Desa Kanci, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, mengeluh, lantaran setiap hari, harga garam di wilayahnya kian merosot. Pada September lalu, harga garam Rp 500, namun kian hari, hingga Oktober, merosot hingga Rp 200 perkilogram.


“Ya saya juga ga tau, kok setiap hari merosot. Awalnya Rp 500, sekarang sampai 200 perak. Kalau begini terus, mau dapat untung berapa?” keluh Suharto saat ditemui, di lahan tambak garamnya, Rabu  (14/10/2014).

Ia menyebutkan, harga yang kian anjlok merugikan petani garam, khususnya mereka yang tak punya lahan pribadi alias menyewa. Mereka harus membayar kontrak atau sewa, kepada pemilik lahan, seharga sekitar dua juta rupiah pertahun.

Suharto hanya bisa pasrah, menghadapi harga  jual garam yang kian murah. Ia dan petani lainnya, tetap menjual garam iitu ke tengkulak, yang kemudian dikirimkan ke Jakarta, Bandung, dan daerah luar lainnya.

“Meski murah, saya tetap menjual ke tengkulak untuk dikirim ke Jakarta, Bandung, dan daerah lain, dari pada ga dapat untung sama sekali. Saya berharap pemerintah membantu nasib petani garam, agar harga jual tak terlalu murah,” harap Suharto. (Muhamad Syahri Romdhon)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa