Pangan Fungsional di Tengah Pandemi



KONTAN.CO.ID - Masyarakat dunia kembali merayakan Hari Pangan Sedunia pada 16 Oktober 2020. Peringatannya bertepatan dengan situasi dunia yang sedang dilanda kepanikan akibat pandemi Covid-19 dan masyarakat dituntut meningkatkan imunitas atau daya tahan tubuh. Anjuran Work From Home menghadirkan waktu lebih banyak bersama keluarga di rumah untuk menjalani hidup sehat lewat memperbanyak mengonsumsi makanan fungsional.

Selain rajin mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, memakai masker dan menjaga jarak secara fisik, cara lain mencegah penyebaran Covid-19 ialah dengan meningkatkan imunitas lewat pola makan bergizi seimbang dan aman. Sistem imunitas membutuhkan harmonisasi dan keseimbangan gizi untuk melawan gempuran penyakit yang datang dari luar.

Tubuh harus mendapat asupan makanan fungsional yang mengandung vitamin antioksidan dan sejumlah senyawa bioaktif. Makanan ini dapat memunculkan imunitas yang sangat diperlukan tubuh untuk mendepak penyakit akibat virus korona yang satu ini.


Konon, selama belum ditemukan vaksin medis, makanan fungsional adalah vaksin terbaik untuk mencegah kekacauan akibat Covid-19.

Peran dan fungsi gizi sebagai pendongkrak imunitas sudah lama diketahui. Calder dan Kew (2002) lewat tulisannya bertajukThe immune system: a target for functional foods yang dimuat dalam British Journal of Nutrition menyebut kekurangan zat gizi tertentu dapat menyebabkan gangguan imunitas.

Zat gizi makro seperti protein, asam lemak linoleat, palmitat, zat gizi mikro seperti vitamin C, vitamin E, vitamin A, Vitamin B6, B12, mineral Zn, Cu dan Fe sangat dibutuhkan agar sistem imunitas berfungsi dengan baik. Jika terjadi defisiensi pada satu atau lebih zat gizi tersebut sangat berpengaruh terhadap semua bentuk imunitas di dalam tubuh.

Dalam fungsinya sebagai pendongkrak imunitas, kini dikenal dan dikembangkan makanan fungsional. Jenis makanan ini tidak sekedar mengenyangkan perut dan memuaskan selera dan rasa di mulut. Tetapi ia mampu memberikan manfaat dan perlindungan dari gempuran radikal bebas serta dapat memberi manfaat bagi kesehatan.

Pangan fungsional dikelompokkan sebagai Foods for Specific Health Uses (FOSHU). Dentali (2002) mengatakan FOSHU harus mengandung senyawa bioaktif, antioksidan dan serat pangan. Kelompok makanan ini oleh para ahli pangan dan gizi direkomendasi untuk memperkuat imunitas saat terjadi bencana guna memulihkan stres oksidatif.

Di tengah gempuran teror virus korona saat ini, tidak tertutup kemungkinan sebagian masyarakat mengalami stres oksidatif. Pemberitaan Covid-19 yang begitu gencar di berbagai media kerap menimbulkan kepanikan yang menguras daya tahan tubuh dan menimbulkan stres oksidatif yang mendatangkan gangguan kesehatan. Para ahli kesehatan jiwa menyebut stres oksidatif menyebabkan seseorang lebih mudah terserang demam dan influenza.

Meski virus influenza berbeda dengan virus korona, kondisi stres oksidatif akibat kepanikan yang ditimbulkan rasa takut terhadap Covid-19 dapat mempermudah tubuh terjangkiti penyakit. Terapi gizi sangat disarankan untuk meredam stres yang satu ini dengan mengonsumsi kombinasi produk fermentasi susu dengan jus buah tomat. Produk probiotik ini dilaporkan dapat memengaruhi profil kandungan likopen sebagai bahan aktif antioksidan kuat untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan memberi efek menenangkan pasca stres.

Peluang Baru

Penelitian yang mengelaborasi pemulihan stres oksidatif dengan mengonsumsi Pangan fungsional yang sarat kandungan antioksidan telah banyak dilakukan Dalam bukunya bertajuk Perspektif Baru Antioksidan Alami untuk Gaya Hidup Sehat, Sibuea, menyebut bahwa stres oksidatif menggambarkan suatu kondisi terganggunya keseimbangan prooksidan-antioksidan dalam sel yang pada akhirnya mereduksi daya tahan tubuh (Sibuea, 2013).

Kemampuan makanan fungsional untuk meningkatkan status antioksidan dan mengurangi generasi radikal di dalam sel telah diyakini dapat memperkuat imunitas yang pada akhirnya tubuh terhindar dari beragam penyakit.

Penurunan imunitas akibat status antioksidan yang melemah akan memudahkan sejumlah penyakit degeneratif seperti kanker, jantung koroner, osteoporesis dan diabetes hinggap dalam tubuh.

Fenomena ini dapat diperburuk oleh kehadiran radikal bebas yang bersumber dari polusi udara dan pola makan yang salah, seperti mengonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan kolesterol tetapi defisit serat makanan.

Komponen radikal bebas yang bersemayam dalam pangan olahan produk junk food memiliki atom atau molekul yang pada orbit terluarnya terdapat satu atau lebih elektron tak berpasangan. Molekulnya lalu menjadi tidak stabil, liar dan radikal.

Ia amat reaktif mencari pasangan elektronnya dengan merampas dari molekul lain. Jika radikal bebas sudah terbentuk dalam tubuh maka akan terjadi reaksi berantai dan menghasilkan radikal bebas baru yang jumlahnya terus bertambah dan menyerang dan merusak molekul makro komponen sel yang pada gilirannya melemahkan imunitas seseorang.

Penelitian terbaru yang dilakukan Shintaro Onishi, dkk (2020) bertajuk Green tea catechins adsorbed on the murine pharyngeal mucosa reduce influenza A virus infection yang dimuat dalam Journal of Functional Foods menyebut bahwa antioksidan katekin pada teh hijau dapat mengurangi insiden influenza pada populasi manusia.

Meski belum diketahui mekanisme senyawa bioaktif dalam teh hijau berperan sebagai anti-virus, diduga katekin yang dikenal sebagai antioksidan yang kuat dapat mencegah reaksi berantai radikal bebas yang menghambat infeksi virus influenza A dan menginduksi aglutinasi virus dalam sel serta memperkuat imunitas.

Pandemi Covid-19 menjadi blessing in disguise yang membuka peluang baru dan ruang pengembangan makanan fungsional di Indonesia. Kebutuhan makanan fungsional diyakini semakin tinggi dari tahun ke tahun seiring dengan menuanya populasi, perubahan gaya hidup konsumen yang menuntut pangan natural dan organik, serta meningkatnya kesadaran terhadap pentingnya pencegahan penyakit akibat virus.

Indonesia juga mempunyai sejarah panjang tentang makanan fungsional untuk imunitas, di antaranya berbagai jenis rempah-rempah lokal dan perkebunan teh dan kelapa sawit yang luas sebagai sumber antioksidan.

Ke depan, pengindustrian makanan fungsional diibaratkan sebagai pabrik senjata baru yang memproduksi amunisi untuk berperang melawan penyakit yang diakibatkan virus, pasalnya ia mampu sebagai pendongkrak imunitas. Selamat merayakan Hari Pangan Sedunia!

Penulis : Posman Sibuea

Guru Besar Ilmu Pangan Universitas Katolik Santo Thomas Medan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti