Panggil duta besar China, Malaysia layangkan protes atas Laut China Selatan



KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Malaysia memanggil duta besar China di Kuala Lumpur pada Senin (4/10) untuk menyampaikan protes terhadap kehadiran kapal-kapal Beijing di perairan mereka.

Protes itu atas "kehadiran dan kegiatan" kapal-kapal China, termasuk kapal survei, di Zona Ekonomi Eksklusif Malaysia di lepas pantai Negara Bagian Sabah dan Sarawak.

Hanya, Kementerian Luar Negeri Malaysia dalam sebuah pernyataan tidak menyebutkan, kapan kapal-kapal China itu terdeteksi di perairan negeri jiran.


"Posisi dan tindakan Malaysia yang konsisten didasarkan pada hukum internasional, dalam membela kedaulatan dan hak berdaulat kami di perairan kami," kata Kementerian Luar Negeri Malaysia, seperti dikutip Reuters.

Kedutaan Besar China di Kuala Lumpur tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.

Baca Juga: AS bentuk aliansi pertahanan baru, Malaysia cari tahu posisi China

Pekan lalu, media melaporkan, kapal survei China berada di perairan Malaysia di lepas pantai Sabah, dekat kapal yang ditugaskan oleh perusahaan energi Malaysia Petronas.

Tahun lalu, kapal survei China lainnya membututi selama sebulan kapal eksplorasi minyak yang dikontrak oleh Petronas di dalam Zona Ekonomi Eksklusif Malaysia. China kemudian mengatakan, kapal itu melakukan aktivitas normal.

Kementerian Luar Negeri Malaysia juga menyebutkan, semua hal yang berkaitan dengan Laut China Selatan harus diselesaikan secara damai dan konstruktif.

"Dalam menentukan posisi dan tindakan Malaysia terkait dengan masalah Laut China Selatan yang kompleks dan melibatkan hubungan antarnegara, kepentingan nasional Malaysia akan tetap menjadi yang terpenting," tegas Kementerian Luar Negeri Malaysia.

China mengklaim hampir semua Laut China Selatan yang kaya energi, yang dilalui kapal perdagangan senilai US$ 3 triliun per tahun. Malaysia, Brunei, Filipina, Taiwan, dan Vietnam memiliki klaim yang tumpang tindih di perairan itu.

Selanjutnya: Blinken: AS berdiri dengan negara-negara Asia Tenggara dalam menghadapi paksaan China

Editor: S.S. Kurniawan