KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akuisisi Semen Grobogan yang dilakukan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (
INTP) akan berdampak positif terhadap penguasaan pasar produk perseroan. Dalam riset tertanggal 7 November 2023, analis Ciptadana Sekuritas Asia Muhammad Gibran berekspektasi, akuisisi Semen Grobogan dapat meningkatkan pangsa pasar alias
market share INTP sebesar 2% sampai 3% pada 2024. Dengan asumsi Semen Grobogan saat ini memiliki kapasitas produksi semen sebesar 2,5 juta ton per tahun, dan dengan tingkat utilisasi kapasitas sebesar 50%, diperkirakan akan berdampak pada kenaikan penjualan semen INTP pada 2024.
Hitungan dia, akuisisi ini akan menghasilkan total volume penjualan yang lebih tinggi, yakni mencapai 17,5 juta ton dari sebelumnya hanya 16,2 juta ton.
Baca Juga: Bumi Resources Minerals (BRMS) Diuntungkan Kenaikan Emas, Cek Rekomendasi Sahamnya Sementara untuk tahun ini, volume penjualan semen INTP diestimasikan meningkat sebesar 2% menjadi total 15,6 juta ton. Katalis pertumbuhan yang signifikan pada paruh kedua 2023 diperkirakan berasal dari permintaan di wilayah luar Jawa, khususnya Kalimantan. Pada periode Januari-September 2023, volume penjualan INTP mencapai 12,5 juta ton atau tumbuh 7,5% secara
year-on-year (YoY). Penjualan INTP berhasil tumbuh meskipun permintaan semen nasional secara keseluruhan mengalami kontraksi sebesar 2,4% YoY. Gibran mencatat, pangsa pasar INTP juga sedikit meningkat, mencapai 27,7% pada September 2023 dari sebelumnya hanya 26,1% pada September 2022. Gibran menyematkan rekomendasi
buy saham INTP dengan target harga Rp 12.500 per saham. Saat ini, saham INTP diperdagangkan dengan valuasi menarik, berada pada EV/EBITDA 2024 sebesar 7,2 kali, ditambah dengan potensi
dividend yield yang mencapai 6,0%
Baca Juga: Kinerja Solid, Cek Rekomendasi Saham Ekalya Purnamasari (ELPI) “INTP memiliki potensi rencana perluasan pangsa pasar hingga ke luar Jawa, dengan fokus khusus di Kalimantan,” tulis Gibran.
Namun, potensi risiko terhadap rekomendasi ini termasuk rendahnya harga jual rata-rata alias
average selling price (ASP) dan melemahnya permintaan domestik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi