KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat investor asing mulai banyak melirik industri asuransi umum di Indonesia, pangsa pasar industri ini dari segi pendapatan premi bruto tampaknya masih didominasi oleh beberapa pemain saja, mayoritas berasal dari grup konglomerasi. Berdasarkan riset Kontan, 10 besar asuransi umum dengan pendapatan premi bruto terbesar menguasai 46,51% dari total pendapatan premi bruto secara industri per Juni 2022. Dimana, total pendapatan premi bruto industri senilai Rp 40,24 triliun. Adapun, PT Asuransi Sinar Mas menjadi yang terbesar dari sisi pendapatan premi bruto dengan nilai Rp 5,04 triliun. Nilai tersebut mengalami pertumbuhan signifikan sekitar 44,98% secara tahunan.
Baca Juga: Asuransi Sinar Mas Targetkan Izin Produk PAYDI Keluar Awal September Direktur Asuransi Sinar Mas Dumasi Samosir bilang pencapaian tersebut dikarenakan strategi perusahaan yang menjangkau nasabah hingga di daerah-daerah terpencil. Menurutnya, di daerah-daerah tersebut, kesadaran masyarakat akan proteksi aset-asetnya juga sudah mulai tumbuh. Sementara itu, Dumasi bilang bahwa dengan adanya Produk Asuransi Yang Diinvestasikan (PAYDI) milik Asuransi Sinar Mas yang saat ini sedang proses perizinan nantinya bisa turut mendongkrak pendapatan premi perusahaan hingga berkontribusi hingga 30% dari total pendapatan premi. “Sampai akhir tahun mudah-mudahan bisa kembali ke Rp 10 triliun hingga Rp 11 triliun karena di 2020 bisa capai Rp 12 triliun,” ujar Dumasi. Sementara itu, posisi kedua terbesar ditempati oleh PT Asuransi Astra Buana milik grup Astra yang mencatat pendapatan premi hingga Rp 2,62 triliun yang berarti naik sekitar 11,50% secara yoy. Pencapaian tersebut pun turut mendongkrak laba usaha asuransi yang naik sebesar 7,2% menjadi Rp 681 miliar pada semester 1/2022 ini. Ditambah, hasil investasi yang lebih tinggi senilai Rp 426,7 miliar dari sebelumnya Rp 421 miliar. Perusahaan asuransi umum yang menempati posisi ketiga ialah PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Grup Pertamina. Pendapatan premi brutonya senilai Rp 2,03 triliun atau naik 20,42%. Melihat kondisi tersebut, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Hastanto Sri Margi Widodo bilang bahwa pangsa pasar yang didominasi hanya segelintir perusahaan asuransi tersebut mencerminkan bahwa penetrasi asuransi masih rendah. Namun, ia juga mengingatkan bahwa pendapatan premi yang besar berarti juga menunjukkan liabilitas atau kewajiban perusahaan dalam menanggung aset-aset pemegang polis yang diproteksi.
Baca Juga: Skema Paydi Asuransi Umum Mirip Unitlink “Jika kita membandingkan perolehan premi itu akan lebih mencerminkan besaran liabilitas dari pada pangsa pasar,” ujar Widodo kepada KONTAN, Senin (5/9).
Sementara itu, Widodo juga melihat perusahaan asuransi yang kedatangan investor baru pun bisa menjadi calon-calon perusahaan yang bisa tumbuh pesat dengan adanya suntikan modal dan memanfaatkan teknologi. “Yang tentunya akan menguntungkan masyarakat dengan service dan produk yang makin efisien,” ujarnya. Sebagai informasi, pada tahun ini sudah ada dua asuransi umum yang memiliki pemegang saham pengendali baru, antara lain PT Hanwha Life Insurance Indonesia (HLII) yang mengambil alih PT Lippo General Insurance (LPGI) dan Aseana Insurance Pte. Ltd yang mengambilalih kepemilikan PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk (ABDA) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi