Pangsa pasar meningkat, analis jagokan saham Astra International (ASII)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Astra International Tbk dinilai masih memiliki potensi kinerja yang mumpuni hingga tutup tahun nanti. Hal ini didorong oleh peningkatan pangsa pasar kendaraan roda empat yang dapat mempertegas posisi emiten berkode ASII tersebut di industri otomotif.

Dalam riset 16 Oktober, Analis Kresna Sekuritas, Franky Rivan menyebut, pangsa pasar mobil produksi ASII meningkat dari level 49,6% di bulan Agustus menjadi 53,6% di bulan September lalu. Peningkatan ini erat kaitannya dengan penjualan yang solid pada mobil Toyota Rush dan Daihatsu Terios.

“Penjualan kumulatif dari kedua varian ini mencapai 59.300 unit pada September 2018 atau naik 131,2% (yoy),” papar dia.


Di sisi lain, pangsa pasar para pesaing ASII tergerus. Contohnya, pangsa pasar mobil Mitsubishi di September lalu turun menjadi 17,8%. Padahal, akhir semester pertama pangsa pasar mobil tersebut masih di level 18,1%.

Franky sudah menduga bahwa Mitsubishi akan mengalami penurunan penjualan mobil di masa mendatang akibat pemotongan subsidi untuk harga varietas Xpander.

Setali tiga uang, pangsa pasar di segmen Low Cost Green Car (LCGC) milik ASII juga melonjak. Jika Agustus lalu, pangsa pasar LCGC ASII menempati level 83%, maka di bulan selanjutnya melompat ke level 95%. Hasil ini membuat ASII nyaris memonopoli pasar LCGC di tingkat nasional.

Analis Indo Premier Sekuritas, Raditya Immanzah mengatakan, pencapaian tersebut wajar didapatkan oleh ASII. Pasalnya, persaingan di segmen LCGC tergolong minim. Dengan kata lain, sejak awal ASII sudah menjadi pemimpin pasar untuk segmen tersebut.

“Produk-produk LCGC milik ASII seperti Toyota Agya atau Honda Brio Satya masih sulit tertandingi oleh produsen lain,” ujarnya, Rabu (17/10).

Dia menambahkan, tingkat persaingan untuk mobil non-LCGC sebenarnya sudah mulai merata, utamanya antara ASII dan Mitsubishi. Apalagi, harga produk seperti Toyota Rush dan Mitsubishi sudah mengalami kenaikan selepas Agustus tahun ini.

Karena baru menaikkan harga, kedua produsen yang bersangkutan diyakini belum akan memberikan diskon besar-besaran dalam waktu dekat. Kebijakan seperti itu kemungkinan baru akan diambil ketika memasuki Desember nanti bertepatan dengan momen libur akhir tahun.

“Kalau seperti ini, tantangan bagi ASII sekarang beradu cepat dengan pesaingnya dalam memenuhi kebutuhan pasar,” imbuh Raditya.

Ia pun percaya, terlepas dari faktor persaingan, prospek bisnis ASII masih akan tetap positif sampai akhir tahun nanti. Yang terpenting, emiten tersebut bisa mempertahankan pangsa pasar, terutama untuk segmen non-LCGC, di kisaran 50%.

Permintaan dari konsumen juga dinilai masih tetap stabil di sisa tahun ini. Di luar sentimen momen libur akhir tahun, sebagian besar konsumen di Indonesia belakangan ini cenderung menyukai mobil-mobil 7 kursi. Hal ini menjadi peluang bagi ASII mengingat Toyota Rush dapat mengakomodasi ketertarikan konsumen.

Selain itu, kenaikan harga minyak mentah dunia yang berujung pada kenaikan harga BBM non subsidi dianggap tidak akan mempengaruhi permintaan konsumen terhadap kendaraan roda empat. “Konsumen lebih mencermati harga jual mobil yang ada di pasar ketimbang kenaikan harga BBM,” jelas Raditya.

Dia pun masih merekomendasikan beli saham ASII dengan target Rp 9.800 per saham.

Franky juga menyarankan beli saham ASII dengan target Rp 9.100 per saham. Ia memprediksi, pendapatan ASII akan mencapai Rp 223,81 triliun pada akhir tahun ini. Di saat yang sama, laba bersih perusahaan ditaksir mencapai Rp 20,88 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Narita Indrastiti