KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Sarana Menara Nusantara Tbk (
TOWR) diperkirakan tetap mampu bertumbuh. Hanya saja, efek merger PT Indosat Tbk (
ISAT) dan 3 dan potensi merger PT XL Axiata (EXCL) menjadi tantangan. Analis Panin Sekuritas Aqil Triyadi berpandangan, sektor menara masih tertekan dari aktivitas merger yang dilakukan, sehingga mengurangi
bargaining power sektor menara. Hal itu juga tercermin dari penurunan
tenancy ratio TOWR menjadi 1,72 kali pada semester I 2024 dari 1,80 kali pada semester I 2023. "Penurunan jumlah penyewa yang melambat menjadi penyebabnya, seiring dampak dari merger Indosat dan 3, yang mana manajemen mengharapkan transisi ini dapat selesai dalam 1-2 tahun ke depan," tulisnya dalam riset, Rabu (9/10).
Alhasil, pendapatan TOWR pada segmen sewa menara tercatat tumbuh mini di 5,9% jika dibandingkan jasa lainnya yang tumbuh 15,6% di semester I 2024 lantaran didorong dari peningkatan pengembangan fiber optik.
Baca Juga: Menilik Rekomendasi Saham Emiten Menara yang Tumbuh Positif Sejak Awal Tahun Sebagai pengingat, TOWR mencatatkan pendapatan sebesar Rp 6,1 triliun pada semester I 2024. Hasil itu tumbuh 6,5% dari semester I 2023 sebesar Rp 5,77 triliun. Peningkatan dari fiber optik mendorong EBITDA TOWR tumbuh 4,5% menjadi Rp 5,1 triliun pada semester I 2024. Hanya saja, Aqil melihat bahwa EBITDA margin TOWR terkoreksi turun menjadi 83,4% dari 85,1% pada semester I 2024. "Kenaikan COGS sebesar 15,8% menjadi Rp 400 miliar dan beban umum sebesar 13,6% ke Rp 468 miliar tidak diikuti oleh kenaikan tarif menara," terangnya. Hingga semester I 2024, pelanggan TOWR didominasi ISAT sebesar Rp 2,2 triliun, tumbuh 9,8%. Berikutnya, EXCL dengan kontribusi sebesar Rp 2 triliun dan TLKM sebesar Rp 725 miliar. Di samping itu, TOWR berencana melakukan
rights issue sebesar Rp 9 triliun, yang dananya akan digunakan untuk pembayaran pinjaman dan keperluan modal kerja. TOWR akan menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 25 Oktober 2024 untuk meminta persetujuan aksi
rights issue.
Baca Juga: Ini Alasan BRI Danareksa Kerek Target Harga Saham Sarana Menara Nusantara (TOWR) Salah satu fokus utama aksi korporasi itu untuk
deleveraging. Hal ini didasari tingkat utang perseroan yang tinggi dengan
net debt per EBITDA telah mencapai 4,7 kali, di atas
peers sebesar 4,2 kali. Tak menutup kemungkinan, dana aksi korporasi itu juga untuk ekspansi seiring ada kabar rencana akuisisi serat optik dari ISAT dan LINK. "Perseroan sedang mempertimbangkan akuisisi tersebut," sebut Aqil.
Di sisi lain, pemangkasan suku bunga dari Bank Indonesia (BI) dan the Fed menjadi angin segar bagi perseroan. Apalagi, ruang pemangkasan suku bunga masih terbuka ke depannya, khususnya hingga akhir tahun 2026 akan ada potensi pemangkasan suku bungga hingga 200 basis poin oleh The Fed. "Sehingga hal ini akan berdampak positif untuk penurunan beban bunga karena hingga semester I 2024,
debt profile TOWR 55,7% dari
floating rate dan 44,3% dengan
average interest 6,3%," paparnya. Panin Sekuritas menyematkan
rating hold TOWR dengan target harga Rp 930 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati