Panorama Sentrawisata (PANR) masih jalankan strategi efisiensi pengeluaran



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pariwisata PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR) masih akan terus menjalankan strategi berupa efisiensi pengeluaran, restrukturisasi hutang sembari terus membangun komunikasi dengan pasar.

Di sisi lain, VP Brand and Communications Panorama Sentrawisata, AB Sadewa mengatakan pihaknya mendukung keputusan pemerintah yang masih membatasi wisatawan mancanegara datang ke Indonesia hingga pemberlakuan PPKM Jawa-Bali.

"Pertama-tama, kami melihat positif kebijakan ini demi menekan laju penyebaran COVID-19, tentunya kebijakan ini memiliki imbas ke sektor usaha karena menjadi kembali terbatas, khususnya pariwisata," jelasnya kepada Kontan, Minggu (10/1).


Baca Juga: United Tractors (UNTR) bidik penjualan emas 340.000 oz di 2021, sekitar 20% dihedging

Tak hanya itu, Sadewa mengatakan jika periode Januari hingga Februari memang dikenal sebagai masa low season untuk sektor leisure. Walau demikian, dirinya berpikir jika keadaan lebih baik, sektor pariwisata bisa menangkap pasar corporate dan traveler.

"Bulan Januari hingga Februari bisa dibilang memang periode low season untuk market leisure, namun ini bisa menjadi challenge untuk market corporate traveler," jelasnya.

Dirinya melanjutkan, dalam menjalankan strategi efisiensi, PANR juga telah melakukan langkah untuk merumahkan beberapa persen dari karyawannya. Meski menyadari pentingnya kebijakan PSBB dijalankan, PANR berpendapat pula jika pembatasan menjadi kendala tersendiri bagi perusahaan yang bergerak di sektor pariwisata untuk segera pulih.

Sadewa menjelaskan, sejak akhir tahun lalu melalui anak usahanya, Panorama JTB, pihaknya telah membuka pasar outbound ke Turki, Dubai, hingga Islandia. AB Sadewa mengatakan, saat ini respon paling positif dirasakan pada paket perjalanan ke Turki.

Baca Juga: Harga nikel masih ngebut, ini kata Vale Indonesia (INCO)

Namun demikian, peminatnya belum bisa dikatakan membludak dan banyak karena pandemi.

PANR sendiri juga belum memastikan besaran alokasi capex ini. Pihaknya kembali menegaskan masih berpegang pada strategi efisiensi pengeluaran.

"Kami sudah beberapa kali menghadapi PSBB dan melakukan banyak cost efficiency termasuk merumahkan beberapa persen dari karyawan, tapi bagaimana pun juga, industri pariwisata bisa dibilang siap dengan new normal," tutup dia.

Selanjutnya: Ini penyebab produksi Vale Indonesia (INCO) di 2021 lebih rendah dari target 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi