KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pariwisata PT Panorama Sentrawisata Tbk (
PANR) menargetkan kinerja
full year tahun 2023 bisa mencapai 80% dari kinerja pra-pandemi atau tahun 2019. Target ini ungkap Sekretaris Perusahaan PANR A.B Sadewa ditetapkan usai melihat kinerja Panorama yang terus membaik, khususnya setelah pandemi. Memang, jika melihat pada laporan keuangan perusahaan hingga kuartal III-2023, PANR mencatatkan kenaikan pendapatan hingga 140% dengan nilai Rp 2 triliun jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 847 miliar.
Seiring dengan kenaikan pendapatan, beban pokok PANR pun naik 134,25% menjadi Rp 1,8 triliun per Januari-September 2023. Jika dibandingkan dengan periode yang sama sebelumnya, beban pokok PANR sebesar Rp 770,74 miliar. Namun, meski beban naik, PANR berhasil membalikkan rugi Rp 9,27 miliar, menjadi laba bersih menjadi Rp 58,09 miliar hingga kuartal III-2023.
Baca Juga: Berbalik Laba Karena Pendapatan Melesat 140%, Ini Rekomendasi Saham Panorama (PANR) Sadewa menjelaskan, kenaikan pendapatan ini didorong oleh beberapa hal. Pertama karena PANR menerapkan kontrol ketat pada Opex atau biaya operasional untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan, penerapan bisnis model B2B2C dan meningkatnya antusiasme pasar di sektor pariwisata. “Kami mengimplementasikan strategi
smart operation yaitu penggunaan teknologi di sisi
back-end. Lalu kami juga mengembangkan bisnis model B2B2C melalui Panorama Agent. Kemudian dari segi antusiasme pasar domestik dan mancanegara terhadap produk wisata masih tinggi termasuk permintaan dari segmen
corporate,” jelas Sadewa saat dihubungi Kontan, Kamis (02/11). Hingga akhir September ini, PANR tercatat meraih pendapatan salah satunya dari perjalanan wisata
inbound dan
outbound. Di mana, pendapatan
inbound senilai Rp 266,95 miliar dan pendapatan
outbond sebesar Rp 933,3 miliar. Terkait posisi
outbond yang lebih besar dari
inbound, Sadewa mengatakan sebelum pandemi posisi
market outbond memang lebih besar sekitar 70% ketimbang
market inbound. Hal ini karena segmen bisnis PANR di
outbound lebih luas, terlihat dari segmen
corporate incentive, corporate travel dan
retail/leisure. “
Domestic market di Indonesia pun lebih besar untuk
outbound ketimbang
inbound. Setelah pandemi posisi
outbound naik menjadi 80%, tetapi tidak memungkiri
market inbound memiliki posisi yang rendah karena kami melihat bahwa market inbound perlahan naik kembali pasca pandemi ini,” ungkapnya.
Jelang tutup tahun, PANR akan fokus pada penjualan paket wisata untuk libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) baik itu di pasar domestik maupun pasar mancanegara. Dan terkait kendala, PANR masih harus menyelesaikan pekerjaan rumah terkait kesediaan kursi di pesawat terbang dan kendala administrasi seperti dokumen perjalanan.
“Untuk
seat capacity di airlines yang masih kurang 70-80% khususnya untuk penerbangan ke internasional. Selain itu kendala dokumen perjalanan seperti visa. contohnya visa Schengen yang masih terbatas dikeluarkan oleh negara atau region tertentu,” katanya. Karena beberapa kendala eksternal ini PANR kadang tidak bisa memenuhi permintaan pasar secara maksimal untuk pergi ke negara-negara yang membutuhkan dokumen perjalanan. “Sebagai solusinya kami tawarkan destinasi-destinasi menarik lainnya yang relatif mudah dalam hal pengurusan dokumennya,” tutup Sadewa. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari