Papua tak gratis meraih 10% saham Freeport



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) siap menanggung biaya yang harus dikeluarkan pemerintah daerah (Pemda) Papua untuk mendapatkan 10% saham PT Freeport Indonesia (PTFI).

Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin mengatakan pemerintah daerah Papua memang akan mendapatkan 10% saham di PTFI. Namun pemberian saham itu tidaklah gratis.

Menurut hitungan Budi, Pemda Papua harus membayar US$ 854 juta. "PTFI yang kami beli dengan harga US$ 3,85 miliar setara 41% saham. Jadi, 100% saham PTFI harganya berkisar US$ 8,54 miliar," ujar Budi dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VII DPR, Senin (23/7).


Dengan hitungan itu, pemerintah daerah harus membayar 10% saham atau sekitar US$ 854 juta. Dengan dana sebesar itu, kecil kemungkinan bagi Pemda Papua untuk membeli langsung 10% saham PTFI.

Maka itu, Budi bilang Inalum akan memberikan pinjaman agar Pemda Papua bisa mendapatkan haknya

Nantinya jatah dividen Pemda Papua akan dipotong setiap tahun untuk melunasi pinjaman atas pembelian 10% saham PTFI. Selain menolong Pemda Papua, Budi percaya langkah ini efektif untuk mencegah pembelian saham Pemda Papua oleh pihak swasta asing.

"Jadi pembayarannya memakai dividen jatah mereka, secara bertahap melunasi. Ini juga bagus, kenapa? Agar mereka tidak buru-buru jual, karena takutnya BUMD yang pegang nanti dijual ke asing, balik lagi seperti Indocopper," jelas Budi.

Direktur Keuangan Inalum, Orias Petrus Moedak menambahkan, biarpun dividen Pemda akan dipotong untuk melunasi biaya divestasi 10% saham PTFI, bukan berarti Pemda Papua tidak menerima sama sekali dividen dari PTFI.

Inalum tetap akan memberikan dividen kepada Pemda Papua setelah dipotong untuk mencicil pinjaman untuk divestasi. "Ada yang kami berikan tunai juga," ujar Orias.

Selain memberikan pinjaman untuk divestasi, Orias menyebutkan Inalum akan menanggung biaya investasi per tahun di PTFI. Dengan begitu, Pemda Papua tidak perlu mengeluarkan dana sama sekali untuk PTFI. "Iya, tidak keluar uang," ujar dia.

Lebih lanjut Orias menyatakan jika seluruh proses divestasi PTFI selesai, maka nantinya secara legal Pemda Papua akan tertulis sebagai pemegang saham PTFI. Pemda Papua akan berada dalam satu organisasi bersama Inalum yang memegang 51% saham PTFI. "Jadi, Inalum dan Pemda Papua akan memiliki anak usaha yang mempunyai PTFI," pungkas Orias.

Harga negosiasi

Sementara itu, Inalum mengklaim memperoleh kesepakatan nilai divestasi 51% saham PTFI yang lebih rendah dari penawaran yang diajukan oleh Freeport McMoran.

Bahkan untuk mendapatkan harga senilai US$ 3,85 miliar, manajemen Inalum mengaku harus bernegosiasi dengan Rio Tinto dan Freeport McMoran beberapa kali.

Angka tersebut antara lain diperoleh dari perhitungan finansial, due diligence dan negosiasi. Angka tersebut juga lebih rendah daripada penawaran PTFI secara resmi kepada pemerintah Indonesia pada 2016 lalu.

Kala itu, PTFI menawarkan 10% saham dengan nilai US$ 1,7 miliar. Porsi 10% itu bisa menaikkan kepemilikan saham pemerintah Indonesia menjadi sekitar 20% di PTFI.

Selain berhasil mendapatkan nilai divestasi yang lebih murah, Budi juga menyatakan bahwa dengan membayar US$ 3,8 miliar, Inalum diproyeksikan bisa mendapatkan EBITDA sebesar US$ 4 miliar dan laba setelah pajak sekitar US$ 2 miliar.

"Kalau membeli US$ 3,85 miliar, cadangan yang ada terbukti mencapai US$ 150 milair, laba setelah pajak US$ 2 miliar, dalam empat tahun investasi ini bisa membaik kembali," ujar Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati