Para Mantan Presiden Harus Akur Dulu Sebelum Bentuk Presidential Club



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden terpilih Prabowo Subianto berencana membentuk presidential club sebagai ruang komunikasi dengan para presiden terdahulu. 

Pengamat Politik Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin mengatakan, ada sejumlah hal yang hendak dicapai dari pembentukan presidential club. 

Yang pertama, sebagai ajang silaturahmi di antara presiden dengan para mantan presiden. Kedua, sebagai sarana bagi Prabowo guna memperoleh ide dan gagasan-gagasan dari para pendahulunya. 


"Bisa jadi ruang konsultatif bagi presiden, karena tadi pengalamannya, ide dan gagasannya Bu Mega, Pak SBY, Pak Jokowi banyak dalam menangani tantangan-tantangan di masanya, di zamannya. Nah itu perlu di-sharing, perlu dibagi ke Prabowo," terang Ujang kepada Kontan, Senin (13/5). 

Ujang menilai, Prabowo berusaha menyatukan para mantan presiden yang berkonflik, Prabowo ingin jadi jembatan pemersatu sekaligus menempatkan para mantan presiden di tempat yang terhormat yakni melalui presidential club. 

"Prabowo dalam konteks itu punya legacy bisa mempersatukan mantan-mantan presiden yang tidak akrab," katanya.

Baca Juga: Pakar Hukum Tata Negara: 34 Kementerian Cukup untuk Melaksanakan Program

Kini, dua mantan presiden yakni Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi) menyambut baik wacana Prabowo tersebut. Sedangkan Megawati belum menyampaikan sikap resminya bahkan untuk pemerintahan terpilih Prabowo-Gibran. 

Berjalan dengan efektif atau tidaknya presidential club tergantung pada kemampuan Prabowo untuk menurunkan tensi di antara mantan-mantan presiden yang berkonflik. 

"Hari ini kan belum akrab tuh, Megawati-SBY, Jokowi-Megawati, itu dulu yang harus dibangun Prabowo, akrab dulu, mengislahkan dulu, merekonsiliasi dulu, menyatukan mereka dulu agar bersatu dulu," ungkap Ujang. 

Ujang menyatakan bahwa bila para mantan presiden masih berkonflik, maka forum presidential club tidak akan kondusif dan malah akan saling membelakangi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat