KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Mati satu tumbuh seribu. Pameo lawas itu sepertinya pas menggambarkan kondisi bisnis layanan transportasi berbasis aplikasi di tanah air. Bagaimana tidak, pada April 2018 lalu, aplikator transportasi online asal Prancis, Uber, resmi menutup layanan aplikasinya di Indonesia dan dialihkan oleh Grab. Toh, kegagalan Uber dalam berkompetisi di industri transportasi online dalam negeri, tak membuat ciut nyali para pendatang baru di bisnis ini. Yang terjadi justru sebaliknya. Satu per satu, pemain baru bisnis transportasi online terus bermunculan. Yang terbaru adalah kehadiran pemain baru dari negeri jiran Malaysia bernama Go Bitcar di bawah bendera Bitcar Malaysia Sdn Bhd. Di Indonesia, Go Bitcar dioperasikan oleh PT Bitcar Indonesia.
Pemain aplikasi transportasi dari Rusia, Maxim juga meramaikan persaingan. Hanya saja, operasinya masih terbatas di beberapa kota, khususnya di luar Jawa. Potensi pasar besar Masuknya pemain baru tentu tak lepas dari pasar transportasi online di Indonesia yang besar dan sangat prospektif. Lembaga riset dunia, Statista, memperkirakan pendapatan transportasi online di Indonesia sudah menembus US$ 3,63 miliar atau sekitar Rp 50,4 triliun per tahun. Dengan nilai bisnis sebesar itu, wajar saja bila investor asing membidik pasar transportasi online di Indonesia. Bahkan, bukan hanya pemain asing, sejumlah pemain lokal juga tergiur mengail peruntungannya di bisnis ini. Problemnya, mereka harus menghadapi dominasi dua pemain lama, Grab dan Gojek. Toh, para pendatang baru mengaku sudah menyiapkan strategi. Faiz Nouval, Founder dan CEO Bonceng Indonesia, memastikan, pihaknya akan menawarkan potongan harga (diskon) jasa layanan bagi para konsumen Bonceng. Mereka juga menawarkan promo voucer yang bisa ditukarkan barang kebutuhan sehari-hari. “Kami juga akan berikan cashback sebesar 20% bagi pengguna,” kata Faiz. Sementara manajemen Anterin memilih strategi masuk ke pasar yang kompetisinya belum begitu ketat. Misalnya dengan masuk ke kota penyangga. “Jadi kami membidik pasar yang nice market, yang belum tergarap secara penuh. Jadi bukan mengincar mass market seperti Gojek dan Grab,” kata Pendiri dan CEO Anterin Imron Hamzah. Berikut profil ringkas para penantang Gojek dan Grab. Go Bitcar Perusahaan yang berdiri pada April 2019 ini akan memulai operasionalnya pada pertengahan Agustus ini. Pada tahap awal, Go Bitcar akan menyediakan layanan jasa taksi online terlebih dahulu. Selanjutnya, pada tahun depan, Go Bitcar akan menyediakan layanan ojek online (ojol). “Selama masih ada kesempatan (di Indonesia), bila kita mau berusaha, di situ kita bisa berkiprah,” kata Christiansen Wagey, Chief Operational Officer (COO) Go Bitcar. Untuk tahap awal, BitCar akan merambah Jabodetabek dengan 1.000 mitra driver. Kemudian masuk ke pasar Sumatra Utara dan Jawa Timur. Sama seperti di Jabodetabek, Sumatra Utara dan Jawa Timur akan diisi oleh 1.000 mitra driver terlebih dahulu. Untuk kemitraan dengan pengemudi, Go Bitcar menawarkan persentase bagi hasil yang diklaim lebih menarik ketimbang Gojek dan Grab. BitCar mengambil 15% dari nilai transaksi yang diperoleh mitra pengemudinya. Skema bagi hasil ini diterapkan bertahap oleh BitCar. Pada Agustus 0%, September 10%, Oktober dan seterusnya 15%. Maxim Pemain baru juga datang dari Rusia. Aplikator transportasi online asal negeri beruang merah itu bernama Maxim. Aplikator ini menyediakan dua layanan, yakni ojol dan taksi online. Maxim hadir di Indonesia sejak tahun 2018 dengan Jakarta sebagai kota pertamanya. Kini, layanan Maxim telah merambah kota-kota besar lainnya di Indonesia. Selain di kawasan Jabodetabek, Maxim sudah melayani masyarakat di Yogyakarta, Solo, Lampung, Pekanbaru, Balikpapan, dan Samarinda. Maxim didirikan oleh pengusaha Rusia bernama Kurgan Maxim Belonogov pada 2003 di kota Chardinsk, Pegunungan Ural. Saat ini, Maxim merupakan perusahaan taksi terbesar ketiga di Rusia. Sejak 2014, Maxim ekspansi ke Ukraina, Italia, Georgia, Bulgaria, Tajikistan, Belarusia, Azerbaijan, Kazakhstan, dan Indonesia. Anterin.id PT Anterin Digital Nusantara (ADN), hadir lewat anterin.id. Aplikasi ini diluncurkan pada akhir 2017 dan menyediakan jasa layanan ojol, taksi online, dan pengiriman barang. Pendiri dan CEO Anterin Imron Hamzah mengatakan, saat ini ada lebih dari 200.000 mitra pengemudi dengan komposisi 90% sepeda motor dan 10% mobil. Anterin kini memiliki basis pengguna aplikasi lebih dari 400.000 orang. Sebagian besar konsumen Anterin adalah masyarakat dengan rentang usia mulai dari 18--35 tahun. Selain di kawasan Jabodetabek, aplikasi Anterin juga sudah bisa digunakan di 35 kota besar di Indonesia, di antaranya Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lampung, Jambi, Padang, Banjarmasin, dan Bali. Pada Juli lalu, Anterin sudah masuk Pekanbaru, Riau. “Ke depan, kami akan masuk kota kecil lainnya di luar Jawa,” kata Imron. Anterin merupakan marketplace transportasi daring yang menjadi penghubung antara pengemudi atau pemilik kendaraan (driver) dengan pengguna. Jasa yang ditawarkan sama dengan perusahaan aplikasi transportasi lain, seperti Gojek dan Grab. Yang menarik, Anterin tidak mengenakan skema berbagi keuntungan komisi (commision based). Kata Imron, mitra pengemudi dapat mengatur sendiri tarifnya sesuai dengan regulasi yang telah diberlakukan pemerintah berdasarkan zonasi (tarif bawah dan atas). Mitra pengemudi, lanjut Imron, hanya dikenakan biaya berlangganan di aplikasinya. “Mitra pengemudi bisa pilih paket langganan dua minggu atau bulanan. Untuk paket berlangganan dua minggu tarifnya Rp 75.000 dan Rp 150.000 untuk satu bulan,” imbuh dia. Bonceng Pemain lokal yang siap mencicipi kue bisnis transportasi online adalah Bonceng Indonesia yang berada di bawah naungan PT Swa Nusa Multimedia. Bonceng sudah terjun ke bisnis transportasi online sejak November 2018. “Tapi sejak awal tahun, operasional kami bekukan dulu,” kata Faiz Nouval, Founder dan CEO Bonceng Indonesia. Rencananya, pada akhir Agustus 2019 ini, Bonceng akan beroperasi kembali. Faiz mengatakan, pembekuan sementara kegiatan operasional harus dilakukan karena pihaknya sedang melakukan tahap penyelesaian support system. Hal ini termasuk merampungkan kerja sama dengan e-cash dari Bank Mandiri yang nantinya akan digunakan di e-dompet Bonceng.
Aplikasi Bonceng sudah tersedia di Google Store dan Apple Store. Menurut Faiz, saat ini Bonceng memiliki empat fitur layanan, yaitu Bonceng Motor, Bonceng Mobil, Bungkus sebagai layanan pembelian dan pengiriman makanan, serta Bingkis untuk pengiriman barang. Semua jenis layanan itu akan dilakukan mitra driver Bonceng yang hingga kini sudah mencapai 55.000 orang. Dari jumlah itu, sekitar 85% adalah mitra ojek online dan sisanya mitra taksi online. Skema bisnis yang ditawarkan Bonceng mirip dengan Anterin. Tidak ada potongan komisi. Pendapatan dari lapangan menjadi hak penuh mitra pengemudi. Bahkan, kata Faiz, pihaknya masih memberikan layanan gratis alias tak memungut biaya pemakaian aplikasi kepada para mitra pengemudi. “Tapi ke depan kami akan berlakukan tarif berlangganan, mungkin sekitar Rp 200.000-Rp 300.000 per bulan,” katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan