Para perusahaan konstruksi swasta masih belum mencapai target



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pasar industri konstruksi sepanjang tahun ini tampaknya masih lesu. Itu tercermin dari capaian kontrak baru para kontraktor terutama perusahaan swasta masih sangat jauh dari target. Sebagian dari kontraktor pesimis target tercapai tahun ini. Namun, mereka yakin tahun depan pasar konstruksi akan lebih baik dari 2018. PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) misalnya, baru mengantongi kontrak baru sekitar Rp 1,6 triliun sampai akhir Oktober atau 42,1% dari target Rp 3,8 triliun yang mereka pasang tahun ini. Anak usaha PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) ini memperkirakan secara realistis hanya bisa mencapai Rp 2 triliun -Rp 2,5 triliun sampai akhir tahun. Erlin Budiman, Sekretaris Perusahaan SSIA mengaku pesimis capai target karena kontrak tahun ini memang melambat. Sementara untuk tahun depan, NRCA akan mencoba memasang target lebih baik dari tahun 2018 ini. Hanya saja, Erlin bilang, penetapan target 2019 saat ini masih dalam proses perhitungan. "Sekarang masih proses budgeting," ujarnya pada Kontan.co.id, Jumat (23/11). Setali tiga uang, Total Acset Indonusa Tbk (ACST) juga akan tetap menjaga pertumbuhan kontrak baru dari tahun ke tahun. Meskipun belum mematok target, grup usaha Astra Group ini akan memasang target tidak jauh berbeda dari tahun ini. "Atau jika ternyata pengumuman tender tahun ini banyak yang mundur ke tahun depan maka perusahaan akan menjaga target kontrak baru 2019 diluar yang mundur itu lebih tinggi dari capaian tahun 2017." kata Maria Cesilia Hapsari, Sekretaris Perusahaan ACST. Hingga saat ini, ACST masih h terus menanti pengumuman sejumlah proses tender yang sedang diikuti perusahaan. Ada lebih dari lima tender proyek yang sedang mereka ikuti dengan nilai lebih dari Rp 9 triliun dimana sebagain besar adalah proyek infrastruktur. Perusahaan hanya bisa berharap pengumuman tender-tender tersebut bisa dilakukan di sisa dua bulan terakhir ini agar target kontrak baru yang dipatok Rp 10 triliun tahun bisa tercapai. Sementara hingga Oktober 2018, ACST baru berhasil mendapatkan kontrak baru Rp 835 miliar atau 8,35% dari target. Capaian tersebut belum berubah dari posisi per September. "Kalaupun misalnya pengumuman tendernya tidak dilakukan tahun ini, bukan berarti kami gagal mendapatkan kontrak tersebut. Itu hanya dipindah ke tahun saja. Tetapi kami masih berharap ada yang diumumkan tahun ini," jelas Maria. Proyek-proyek yang masih disasar ASCT saat ini lebih mengarah pada infrastruktur seperti jalan tol layang. Sehingga komposisi kontrak yang paling besar yang dibidik masih infrastruktur, diikuti oleh konstruksi bangun dan pondasi. Sedikit berbeda dengan PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL). Capaian kontrak baru perusahaan ini lebih maju. Per Oktober 2018, perusahaan telah mengantongi kontrak anyar Rp 3,14 triliun atau sekitar 78,5% dari target Rp 4 triliun. Total Bangun Persada yakin target mereka akan tercapai tahun ini lantaran masih mengikuti proses tender sejumlah proyek saat ini dengan nilai sekitar Rp 9,5 triliun. Kontrak dalam pipeline tersebut terdiri dari 17 proyek yang seluruhnya merupakan gedung. TOTL memang hanya memfokuskan diri di sektor tersebut dan belum memiliki rencana menyasar proyek di segmen lain. "Jadi kami masih optimistis sampai saat ini. Semoga target tersebut tercapai di akhir tahun." kata Sekretaris Perusahaan Total Bangun Persada Mahmilan Sugiyo Warsana Sementara untuk tahun 2019, TOTL akan memasang target konservatif Rp 4 triliun. Perusahaan ini memang tergolong sebagai perusahaan konstruksi konservatif karena ingin tetap fokus pada kualitas yang ditawarkan. Adapun Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS) akan menurunkan target kontrak barunya tahun ini dari rencana awal Rp 4 triliun. Pasalnya, perusahaan membatalkan salah satu kontrak pembangunan proyek baru yang sudah didapatkan pada semester I 2018 lalu. Per September 2018, TOPS baru membukukan kontrak baru Rp 1,62 triliun atau 41%. Hanya saja managemen TOPS belum menyebutkan nilai target yang akan direvisi tersebut. Selain itu, target direvisi juga karena tertundanya sejumlah proyek baru dan mundurnya jadwal tender yang diikuti. Novita Frestiani, Sekretaris Perusahaaan TOPS mengatakan beberapa pengembang masih menahan diri untuk memulai tender karena mempertimbangkan dan melihat kondisi ekonomi global, menguatnya mata uang dollar AS dari rupiah, dan menunggu hasil pilpres pada tahun depan. Meskipun target akan diturunkan, Totalindo Eka Persada masih akan terus mengikuti tender-tender proyek baru dengan nilai pipeline sekitar Rp 4,4 triliun. Sedangkan untuk 2019, perusahaan ini belum menetapkan target.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Azis Husaini