JAKARTA. Tak hanya sektor industri baja hulu, investasi sektor industri baja hilir di Indonesia akan semakin marak. Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur (BIM) Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto, menyatakan beberapa perusahaan tertarik menanamkan investasinya di Indonesia tahun ini. "Ada beberapa perusahaan yang sudah menyatakan ketertarikan untuk membangun pabrik tahun ini," ujarnya, kemarin. Selain PT Krakatau Posco yang telah menanamkan investasi US$ 3 miliar di sektor besi baja, PT Krakatau Steel juga tengah memperluas pabriknya senilai US$ 400 juta. Selain itu, beberapa perusahaan lainnya adalah PT Meratus Jaya (US$ 400 juta), PT Delta Prima (US$ 40 juta), PT Indoferro (US$ 120 juta), PT Weda Bay Nikel (US$ 5 miliar) untuk pengolahan nikel, PT Indonesia Chemical Alumina untuk pengolahan bauksit, dan anak usaha PT Antam Tbk, PT Feni Haltim (US$ 1,6 miliar) untuk pengolahan bijih nikel. Selain itu, Panggah menyatakan, rencana kerjasama bisnis antara PT Krakatau Steel dengan Nippon Steel juga masih berlanjut. Meski ada pertentangan antara Nippon Steel dan Posco yang berakibat Krakatau Steel harus menunda kontrak, namun Panggah menyatakan, kedua pabrikan baja itu masih melanjutkan rencana membuat pabrik pengolahan baja untuk industri otomotif.
Produsen baja berekspansi
JAKARTA. Tak hanya sektor industri baja hulu, investasi sektor industri baja hilir di Indonesia akan semakin marak. Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur (BIM) Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto, menyatakan beberapa perusahaan tertarik menanamkan investasinya di Indonesia tahun ini. "Ada beberapa perusahaan yang sudah menyatakan ketertarikan untuk membangun pabrik tahun ini," ujarnya, kemarin. Selain PT Krakatau Posco yang telah menanamkan investasi US$ 3 miliar di sektor besi baja, PT Krakatau Steel juga tengah memperluas pabriknya senilai US$ 400 juta. Selain itu, beberapa perusahaan lainnya adalah PT Meratus Jaya (US$ 400 juta), PT Delta Prima (US$ 40 juta), PT Indoferro (US$ 120 juta), PT Weda Bay Nikel (US$ 5 miliar) untuk pengolahan nikel, PT Indonesia Chemical Alumina untuk pengolahan bauksit, dan anak usaha PT Antam Tbk, PT Feni Haltim (US$ 1,6 miliar) untuk pengolahan bijih nikel. Selain itu, Panggah menyatakan, rencana kerjasama bisnis antara PT Krakatau Steel dengan Nippon Steel juga masih berlanjut. Meski ada pertentangan antara Nippon Steel dan Posco yang berakibat Krakatau Steel harus menunda kontrak, namun Panggah menyatakan, kedua pabrikan baja itu masih melanjutkan rencana membuat pabrik pengolahan baja untuk industri otomotif.