Pariwisata bisa turunkan defisit neraca jasa



JAKARTA. Selain neraca dagang, Indonesia juga mengalami defisit neraca jasa yang tidak kecil. Walhasil, pemerintah ingin meningkatkan sektor pariwisata dengan mendorong jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan salah satu fokus pembangunan pemerintah adalah pariwisata. Pemerintah ingin meningkatkan ekspor jasa untuk bisa mengecilkan defisit neraca jasa. Sektor pariwisata menjadi sektor yang dipilih pemerintah karena paling cepat memberikan keuntungan. "Kalau bicara freight (kargo), asuransi masih jauh, masih berat. Paling cepat diwujudkan adalah pariwisata," ujar Bambang pekan lalu. Menurut Bambang, jika pariwisata dalam lima tahun ke depan bisa tumbuh pesat maka akan bisa membantu menyeimbangkan current account deficit (CAD) atau defisit transaksi berjalan. Fokus pemerintah yang ingin membangun infrastruktur termasuk infrastruktur di sektor pariwisata agar jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung makin banyak akan membuat impor barang modal jebol. Namun, dengan hasil yang didapat seperti jumlah wisman yang meningkat, salah satu defisit pada neraca transaksi berjalan yaitu neraca jasa bisa terbantu. Maka dari itu pemerintah optimis. "Kita harus menjurus ke 2% dari PDB untuk keseluruhan 2015," terang Bambang. Sekedar gambaran, neraca jasa mengalami defisit setiap tahunnya. Tahun 2012 defisit sebesar US$ 19,56 miliar, tahun 2013 defisit senilai US$ 12,07 miliar, dan terakhir pada triwulan III 2014 defisit US$ 2,53 miliar atau susut dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar US$ 2,9 miliar. Menyempitnya defisit neraca jasa pada triwulan III diakibatkan berkurangnya pembayaran jasa freight, seiring dengan impor yang menurun. Di sisi lain, ada penerimaan jasa perjalanan yang mengikuti peningkatan jumlah wisman dengan pola pengeluaran yang lebih tinggi. Selama triwulan III 2014, jumlah wisman tercatat 2,4 juta orang, naik dari triwulan sebelumnya yang sebesar 2,34 juta orang. Pengeluaran wisman meningkat sehingga penerimaan jasa perjalanan meningkat dari US$ 2,1 miliar pada triwulan II menjadi US$ 2,5 miliar pada triwulan III. Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Moneter Juda Agung menjelaskan, defisit neraca jasa adalah permasalahan struktural. Ada dua hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki neraca jasa. Pertama, bagaimana mendorong peran asuransi domestik dalam transportasi perdagangan internasional. Selama ini asuransi yang digunakan adalah asuransi asing. Kedua, bagaimana mendorong pariwisata di mana potensinya masih besar. Kalau kedua hal itu bisa disikapi dengan serius maka defisit setidaknya bisa ditekan. "Selama ini belum kita tangani dengan serius," pungkas Juda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan