Pariwisata digital perlu pelayanan dan edukasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyak wisatawan atau traveler yang ingin kepraktisan dalam beranjangsana. Termasuk saat berada di bandara. Untuk itu, PT Angkasa Pura II (AP II) sebagai pengelola 13 bandara berupaya merealisasikan hal tersebut. Maklum, bandara merupakan pintu masuk pertama menuju Indonesia, terutama bagi turis asing.

Muhammad Awaluddin, Direktur Utama AP II menyatakan dirinya telah mendigitalisasikan layanan pada sebagian besar bandara yang dikelolanya. Sebab ada sebagian besar traveler yang tidak mau dilayani tapi justru secara mandiri. Terutama yang cukup membawa ransel yang merasa tidak perlu ikut antri dengan yang membawa bagasi.

"Ini tidak efektif dan kami permudah dengan online check in. Karena kalau kita bisa mempercepat antrean seperti ini, maka akan bertambah waktu bagi wisatawan untuk melakukan aktivitas di bandara seperti makan, belanja, ngopi yang berarti revenue buat kami,” katanya di acara diskusi ‘Digitalizing Wonderfull Indonesia’, teknologi untuk meningkatkan pariwisata Indonesia, di Jakarta, Kamis (14/12).


Lewat langkah tersebut, yakni digitalisasi layanan, paling tidak target menjaring 20 juta wisman tahun 2019 bisa tercapai.

Disamping itu, Tiket.com merupakan salah satu perusahaan nasional yang telah menikmati cuwan dari digitalisasi industri pariwisata juga melihat tantangan digital dalam bidang pariwisata.

Co-founder Tiket.com, Mikhael Gaery Udarsa menilai kesulitan utama masyarakat untuk berlibur di Indonesia adalah minimnya informasi.

“Dengan aplikasi, maka orang akan lebih mudah membuat perencanaan liburan, membeli tiket, dan sebagainya. Dan dari data 50%-60%, transaksi pemesanan tiket dilakukan melalui mobile. Ini akan terus meningkat, “ ujar Gaery.

Ia memperkirakan, nilai online booking industri pariwisata Indonesia sampai 2025 bisa tembus US$ 76 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon