Pariwisata NTB rugi puluhan miliar akibat Barujari



JAKARTA. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Nusa Tenggara Barat memperkirakan jumlah kerugian yang dialami sektor pariwisata di daerah itu mencapai puluhan miliar rupiah akibat erupsi Gunung Barujari.

"Kami belum menghitung angka pastinya berapa, tetapi kita taksir jumlahnya mencapai puluhan miliar rupiah, karena tidak beroperasinya Bandara Internasional Lombok (BIL)," kata Ketua PHRI NTB I Gusti Lanang Patra di Mataram, Selasa (10/11).

Ia menuturkan, selama penutupan BIL, jumlah kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara ke daerah itu menjadi menurun, begitu juga dengan tingkat hunian hotel yang juga mengalami penurunan 20%.


"Akibat penutupan itu okupansi hunian hotel menurun, karena tidak ada lagi wisatawan yang datang," ujarnya.

Selain kerugian dari sisi kunjungan wisatawan, pariwisata NTB selama ini juga hidup dari kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition), namun akibat erupsi Gunung Barujari yang kemudian berimbas pada penutupan BIL, ratusan kegiatan baik nasional maupun internasional harus ditunda dan dibatalkan pelaksanaannya.

"Dari MICE saja cukup besar kerugiannya, belum ditambah dengan aktivitas lain," tambahnya.

Menurutnya, akibat tidak beroperasinya BIL sebagai dampak dari abu vulkanis erupsi Gunung Barujari, pihaknya memperkirakan target kunjungan dua juta wisatawan yang dietapkan Pemerintah Provinsi NTB di tahun 2015 ini tidak akan tercapai.

"Ada kemungkinan target kunjungan itu akan terganggu dengan adanya letusan ini, karena kalau kita membandingkan dengan bulan November pada 2014 angka kunjungan kita sudah 70%," katanya.

Sementara itu, Wakil Gubernur NTB H Muhammad Amin tidak memungkiri akibat ditutupnya operasional BIL berimplikasi besar terhadap sektor ekonomi dan pariwisata di daerah itu.

"Yang jelas kerugian kita cukup besar dan tidak sedikit, karena pembangunan kita menjadi ikut terhambat," ujarnya.

Ia mengakui sejak operasional BIL ditutup, ratusan kegiatan MICE berskala nasional maupun internasional harus ditunda pelaksanaannya, bahkan dibatalkan.

"Tetapi terlepas dari itu kita hanya bisa berupaya, karena ini semua dari faktor alam dan kapan ini akan berkhir juga tidak bisa diprediksi," kata Muhammad Amin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri