Siapa yang tidak tergiur dengan olahan daging sapi yang dibentuk bulat dan disiram dengan kuah panas nan gurih. Makanan ini sudah begitu populer di kalangan pencinta kuliner, apalagi di kala musim hujan, peminat bakso kian tinggi lantaran kuah bakso yang panas bisa menghangatkan tubuh. Tingginya potensi pasar membuat banyak pengusaha baru bermunculan di sektor makanan ini. Meski potensi masih besar, persaingan di dalamnya juga makin ketat. Tidak sedikit para pengusaha bakso yang menawarkan kemitraan tidak mampu menggaet mitra baru. Untuk mengetahui lebih lanjut seputar perkembangan bisnis kemitraan bakso, KONTAN akan mengulas tiga usaha bakso yaitu Bakso Benhil, Tahu Bakso Zaidan, dan Bakso Kerikil Mu'min. Berikut ulasannya. Bakso Benhil
Usaha ini didirikan tiga tahun silam oleh Apeng Orinanti. Tawaran kemitraannya dibuka sejak Maret 2012. Saat KONTAN mengulas tawaran kemitraan ini pada Maret lalu, jumlah mitra bakso Benhil sebanyak tujuh mitra. Targetnya mendapatkan dua mitra baru hingga akhir tahun ini rupanya tidak tercapai karena hingga saat ini jumlah mitranya masih tetap sama. “Kita memang sangat hati-hati dalam memilih mitra karena taruhannya adalah nama baik usaha,” kata Apeng. Dia juga terpaksa harus menutup satu gerai pribadi miliknya beberapa bulan lalu lantaran harga sewa gedung makin mahal. Meski begitu, Baksi Benhil masih tetap menawarkan kemitraan usaha yaitu, paket mini resto seharga Rp 150 juta, paket resto dengan tempat usaha lebih luas seharga Rp Rp 200 juta dan paket grande senilai Rp 300 juta. Dalam kontrak kerjasama selama lima tahun, Apeng mengutip biaya royalti 4% dari omzet tiap bulan. Setelah dua tahun, biaya royalti akan turun menjadi 3% dari omzet. Untuk menyiasati bisnis baksonya yang kurang berkembang, Apeng mulai mengembangkan sistem kemitraan bakso tanpa menggunakan merek dagang Bakso Benhill. Selain itu, mereka juga mengembangkan sistem keagenan bahan baku bakso. Apeng mengatakan, potensi besar bisnis mereka berada dalam bisnis barunya. Buktinya Bakso Benhill sudah mempunyai tiga agen yang bergabung. Meski harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi naik, Apeng mengaku belum mau menaikkan harga jual baksonya. Dia masih tetap membanderolnya sekitar Rp 8.000 hingga Rp 30.000 per porsi. Sebab, menurut dia, kondisi ekonomi belum stabil dan daya beli konsumen sedang menurun. Tahu Bakso Zaidan Bisnis bakso ini sudah berdiri sejak 2004 dan resmi menawarkan kemitraan di tahun 2010. Saat KONTAN mengulas tawaran kemitraan ini sebelumnya, jumlah mitra yang bergabung sudah ada 10 mitra. Sekarang jumlah mitranya berkurang hanya tinggal empat gerai yang berada di Bekasi, Bintaro, Lombok dan Jati Bening. Mitra yang tutup karena pindah tempat tinggal dan terkendala persaingan usaha. Eti Alviatun, pemilik Tahu Bakso Zaidan mengatakan, kendala lainnya adalah sejumlah mitra kadang tidak memiliki jiwa bisnis dan tidak menjalankan usaha secara serius. Meski begitu, Tahu Baso Zaidan masih tetap menawarkan kemitraan usaha. Ada tiga paket kemitraan yang nilai investasi masih sama. Pertama, paket khusus untuk produksi bakso senilai Rp 7 juta, paket kedua yakni paket kedai dengan menu tahu bakso steik juga produksi bakso senilai Rp 25 juta. Terakhir, paket kedai dengan menu lebih lengkap senilai Rp 45 juta. Pilihan menunya ada tahu bakso, mi ayam, siomay, batagor, mi ayam bakso, dan tahu bakso steik. Harga jual bakso sebesar Rp 1000 per buah. Ety mengaku bila harga jual baksonya cukup mahal karena berkualitas dan tidak menggunakan MSG. Dalam sehari, mitra ditargetkan bisa menjual minimal 150 mangkok. Menurut Ety sekarang manajemen lebih fokus pada bisnis pengadaan pelatihan kepada masyarakat untuk pembuatan bakso. Harga jasa pelatihan senilai Rp 5 juta untuk di luar Pulau Jawa dan Rp 3 juta untuk di Jawa. Agar kemitraan usaha bisa terus berkembang, Ety masih berusaha berinovasi. Belum lama ini Tahu Bakso Zaidan menambah menu baru yaitu tahu bakso saus mangga dan sate tahu bakso. Namun respons masyarakat yang tidak antusias maka menu ini ditiadakan dan kembali ke menu andalan yang lama. Rencana kedepan Tahu Bakso Zaidan akan membuka gerai milik sendiri di Riau. Untuk target pertambahan mitra Tahu Bakso Zaidan dia tidak memiliki target khusus karena kini manajemen tengah menyiapkan bisnis kemitraan baru yaitu olahan nasi warna-warni yang terbuat dari bahan pewarna alami seperti sayur dan rempah. Namun konsep, nilai investasi dan sistem kemitraan masih digodok dan baru akan diluncurkan pada tahun depan. Bakso Kerikil Mu'min Usaha ini berdiri di Malang, Jawa Timur pada tahun 2008. Karena peminatnya yang semakin banyak maka pemiliknya, Menik Rachmawati memutuskan untuk membuka kemitraan usaha di 2010. Bakso Kerikil Mu'min memiliki beberapa menu andalan lain seperti mi ayam dan mi pangsit. Satu porsi bakso, mi ayam dan mi pangsit dihargai mulai dari Rp 12.000−Rp 15.000 per porsi. Menik bilang citarasa bakso yang ia jajakan memiliki kekhasan lantaran bahan baku ia produksi sendiri. KONTAN pernah mengulas kemitraan bisnis Bakso Kerikil Mu'min pada Maret 2014 lalu, saat itu Bakso Kerikil Mu'min memiliki 5 gerai yang terdiri dari 1 milik sendiri dan 4 milik mitra. Saat ini, Menik Rachmawati bilang kelima gerai Bakso Kerikil Mu'min tinggal tersisa satu saja. Kerjasama dengan keempat mitra yang berada di Surabaya terpaksa harus dihentikan. Hal ini disebabkan mitra tidak mau membeli bahan baku dari pusat, mereka ketahuan memproduksi bakso sendiri dan rasanya tidak sesuai standar. "Karena mitra yang nakal, tidak ambil bahan baku dari pusat dan kualitas baksonya tidak bagus, sehingga pelanggan lama-lama sedikit karena rasanya baksonya tidak seenak pertama kali, " kata Menik. Maka untuk sementara, Menik tidak melanjutkan penawaran kerjasama usaha hingga akhir tahun ini. Menik bilang baru akan lanjut membuka kemitraannya di tahun 2015 mendatang setelah selesai memperbaiki sistem internal yang ada. Saat membuka kemitraan pertama kali, Menik menyediakan paket investasi mini resto Rp 60 juta, 90 juta, dan paket restoran Rp 150 juta. Nilai investasinya tidak berubah. Untuk soal harga jual juga masih belum berubah yakni di kisaran Rp 13.000 hingga Rp 15.000 per porsi. Menik berpendapat, peluang usaha bakso masih tetap bagus, ia mengklaim gerai bakso pusat di Malang masih ramai, hanya saja soal kemitraan ia harus lebih cermat dan selektif dalam memilih calon mitra. Ke depannya, Menik belum menargetkan menambah mitra lagi, namun ia bilang jika ada peluang lagi ia mau menambah gerai sendiri dalam waktu dekat ini, bukan dari mitra. Alhasil, dengan meninjau tiga bisnis itu, dapat disimpulkan, bisnis kuliner berbahan baku bakso saat ini memang sedang merosot. Ada pelaku usaha yang belum menunjukkan tanda-tanda perkembangan usaha. Selain itu, ada pula pemilik usaha yang tidak lagi membuka kemitraan hingga tahun depan lantaran mitra yang ada malah membuat rugi pemilik usaha di pusat. Ketua Komite Tetap Waralaba dan Lisensi KADIN, Amir Karamoy menilai, banyaknya pelaku usaha yang menawarkan kemitraan bakso harus membuat pelaku usaha harus jeli jika berniat ikut menawarkan sistem kemitraan kepada masyarakat. Kondisi saat ini ketika sejumlah pelaku usaha mengalami kesulitan menambah mitra menurut Amir lumrah saja terjadi karena banyaknya pesaing. Namun, hal ini seharusnya memberi pelajaran bagi pelaku usaha untuk bisa meninjau kembali apakah sistem usaha sudah berjalan dengan baik. Amir mengatakan, kesalahan bisa saja terjadi dari pusat jika sampai mitra memproduksi bakso sendiri. Misalnya, kesalahan dari pusat yang tidak mengirim bakso tepat waktu atau jumlahnya tidak sesuai permintaan. "Namun, tidak menutup kemungkinan ini adanya kenakalan oleh si mitra," kata Amir.
Selain itu, ketidaksiapan kedua belah pihak juga memicu gagalnya bisnis makanan berbahan dasar daging ini. "Ada yang menjual tawaran kemitraan tanpa teliti dulu siapa mitranya karena hanya ingin untung di awal saja," ujar Amir. Untuk bisa bertahan, Amir berpendapat manajemen pusat harus teliti dalam memilih mitra walaupun mitra tersebut sudah siap bergabung. "Mitra dan pusat harus memiliki visi misi bisnis yang sejalan," kata Amir. Selain itu, jika mitra sudah bergabung, pusat harus terus membimbing mitra agar sejalan dengan tujuan awal. Dan juga penting untuk berinovasi produk maupun meningkatkan citarasa menu tetap harus dilakukan agar menarik konsumen. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini