KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana kelolaan alias Asset Under Management (AUM) industri reksadana mengalami pasang surut dalam beberapa tahun terakhir. Meningkatnya minat berinvestasi turut dibayangi risiko yang melemahkan pasar finansial. CEO Pinnacle Investment Indonesia Guntur Putra melihat, pertumbuhan AUM reksadana telah mengalami perkembangan yang menarik dalam lima tahun terakhir. Dana kelolaan reksadana cenderung bergerak cukup fluktuatif selama kurun waktu tersebut. Minat masyarakat meningkat sejak tahun 2017 ditandai dengan peningkatan AUM reksadana sekitar Rp 50 triliun menjadi Rp 506 triliun per akhir 2018. Tren peningkatan itu berlanjut dengan pertumbuhan dana kelolaan menjadi sebesar Rp 580 triliun per akhir tahun 2021.
Sebelum akhirnya, dana kelolaan reksadana anjlok menjadi Rp 508 triliun per akhir tahun 2022 dan bergerak datar dengan kecenderungan naik hingga saat ini. AUM reksadana terpantau sebesar Rp 516 triliun per Agustus 2023.
Baca Juga: Dana Kelolaan Industri Reksadana Bergerak Fluktuatif dalam 5 Tahun Terakhir Selain itu, Guntur mencermati perkembangan imbal hasil reksadana juga cukup signifikan dalam lima tahun terakhir. Berbagai faktor mempengaruhi perbandingan return reksadana tiap kelas aset dan bahkan tiap produknya. “Tentunya, tingkat imbal hasil reksadana akan sangat bergantung pada jenis reksadana yang menjadi pilihan,” kata Guntur kepada Kontan.co.id, Minggu (17/9). Secara keseluruhan, Guntur mengamati bahwa kondisi suku bunga yang lebih tinggi belakangan ini telah mendorong minat investor kepada reksadana pendapatan tetap. Reksadana saham juga tetap diminati terutama dalam kondisi pasar ekuitas saat ini yang cenderung
bullish, tanpa mengesampingkan pergerakan volatil sejak tahun 2018. Reksadana berbasis pasar uang dan reksadana obligasi turut mengalami pertumbuhan cukup positif. Diikuti Reksadana ETF dan Global Fund yang masih berada di jalur pertumbuhan, sedangkan reksadana berbasis proteksi alami penurunan AUM signifikan. Sementara itu, jumlah investor reksadana terus menunjukkan peningkatan di tengah pasang surut industri. Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Investor reksadana terus bertumbuh sebanyak 10,85 juta investor per Agustus 2023 Walaupun demikian, Guntur menilai tidak hanya industri reksadana yang terus berkembang dari tahun ke tahun. Instrumen investasi lainnya juga mengalami perkembangan yang tidak kalah menarik. Investor Saham dan Surat Berharga Lainnya juga terus bertambah menjadi sebanyak 4,95 juta, sedangkan investor Surat Berharga Negara (SBN) sebanyak 943 ribu investor hingga akhir Agustus 2023.
Baca Juga: Reksadana Menopang Industri Pasar Modal dalam Lima Tahun Terakhir Pasar saham ritel telah menunjukkan pertumbuhan yang tercermin dari meningkatnya partisipasi investor ritel di pasar saham. Simpanan Bank dan Surat Berharga Negara (SBN) juga tetap menjadi pilihan yang umum bagi sebagian masyarakat. Menurut Guntur, fenomena ini menunjukkan bahwa semakin beragamnya pilihan investasi yang tersedia bagi masyarakat. Meskipun perpindahan dana sebenarnya terus terjadi seiring kebutuhan investor untuk mencari imbal hasil lebih tinggi. “Perkembangan pasar finansial dalam lima tahun terakhir ini telah mencerminkan peningkatan kesadaran dan minat masyarakat dalam berinvestasi,” imbuh Guntur. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari