KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkumpulan Perusahaan Pendingin Refrigerasi Indonesia (Perprindo) menepis kabar bahwa pasar pendingin udara atau air conditioner (AC) Indonesia didominasi oleh produk-produk AC Original Equipment Manufacturing (OEM) asal China. Walau begitu, ancaman membanjirnya produk AC impor di Indonesia pada dasarnya tetap ada. Sebelumnya, Wakil Direktur PT Panasonic Manufacturing Indonesia (PMI) Daniel Suhardiman bilang, produk AC OEM dari China telah mengisi 80% pasar domestik sejak masa pandemi. Alhasil, hanya 20% saja porsi pangsa pasar yang tersisa untuk produk AC dalam negeri. Sekretaris Jenderal Perprindo Andy Arif Widjaja menyampaikan, berdasarkan data Perprindo, tidak benar bahwa pasar AC di Indonesia diisi oleh produk AC OEM dari China hingga 80%. Memang, sebagian besar produk AC yang dijual di Indonesia merupakan produk impor, namun bukan hanya dari China. Masih ada produk AC impor dari negara lain seperti Malaysia dan Thailand.
Lagi pula, produk AC impor yang masuk ke Indonesia dibagi menjadi tiga kategori, yakni produk brand, produk Original Design Manufacturer (ODM), dan produk OEM. Produk brand adalah produk yang diproduksi oleh pabrik dengan menggunakan merek pabrik itu sendiri.
Baca Juga: Terapkan Gree Golden Service, Gree berhasil jual 50.000 unit AC dalam sebulan Berikutnya, produk impor ODM yang mana sebuah brand melakukan riset dan pengembangan yang menghasilkan desain produk dan teknologi untuk sebuah produk, tetapi proses produksinya dialihdayakan di pabrik manufaktur. Fungsi pabrik di sini hanyalah melakukan proses produksi sesuai arahan dan pengawasan dari pemilik brand. “Praktik bisnis ini sudah lumrah, contohnya adalah produk Iphone yang mana didesain oleh Apple tetapi proses produksi dilakukan oleh pabrik Foxconn,” ujar Andy, Rabu (23/2). Adapun produk impor OEM adalah produk yang riset dan pengembangannya secara keseluruhan dilakukan oleh pabrik manufaktur. Pemilik brand kemudian dapat membeli produk yang ditawarkan oleh pabrik tersebut. “Menurut data kami, saat ini di pasar Indonesia pemilik merek OEM tidak sampai 20%,” imbuh dia. Untuk saat ini, harga AC impor memang lebih murah dibandingkan dengan produk AC dalam negeri. Sebab, industri AC dalam negeri masih menggunakan komponen impor lantaran pasokan komponennya tidak tersedia di Tanah Air. Kondisi ini sebenarnya bisa membuat produsen AC lokal kesulitan bersaing dengan produk AC impor. Walau demikian, patut diketahui bahwa AC bukanlah produk komoditas sehingga konsumen memilih produk AC bukan semata-mata harga yang murah saja. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen terhadap produk AC. Misalnya, teknologi yang digunakan pada AC tersebut, spesifikasi produk, imej merek AC, layanan purna jual, model AC, dan lain sebagainya. Lantas, perbaikan dan peningkatan kualitas AC menjadi strategi yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha AC dalam negeri untuk mengatasi produk AC impor yang notabene memiliki harga lebih rendah. Untuk mengatasi masalah impor AC tersebut, Perprindo mengusulkan agar pemerintah bisa segera membuat kebijakan yang mendukung investasi industri AC dalam negeri dari hulu hingga hilir, sehingga ekosistem industri AC Indonesia dapat berkembang. Dengan demikian, para pelaku usaha tidak lagi kesulitan memperoleh komponen AC dan tidak perlu lagi mengimpor komponen tersebut. Andy memberi contoh, di Thailand sudah banyak pabrik komponen AC yang berdiri sehingga banyak brand AC terkemuka yang berinvestasi di sana, karena rantai pasok industri AC-nya tergolong lengkap.
“Apabila ekosistem industri AC sudah terbentuk, maka akan banyak brand AC yang melakukan investasi pabrik AC di Indonesia,” imbuh dia. Selain itu, pemerintah juga dapat memberikan insentif pajak kepada para pelaku industri AC luar negeri agar mau melakukan investasi di Indonesia, sehingga industri AC dalam negeri dapat lebih berkembang di masa mendatang.
Baca Juga: Produksi AC Dalam Negeri Terancam Gempuran Impor dari China Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat