KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar Amerika Serikat (AS) mulai dibuka. PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) sebagai emiten yang memiliki pasar cukup besar di AS akan diuntungkan. Dalam sembilan bulan di tahun 2020, penjualan WOOD 75% disumbang dari Amerika Serikat (AS). Apalagi saat ini, perekonomian AS berada dalam kondisi tren kenaikan yang ditunjukkan oleh indikator makro ekonomi positif yaitu PMI yang lebih tinggi dan pertumbuhan PDB. "Kami juga melihat tren yang meningkat dari orang-orang yang meninggalkan pusat metropolitan ke pinggiran kota karena kebijakan WFH," kata Hasbie Analis Trimegah Sekuritas dalam riset 10 Maret 2021. Kebijakan WFH menciptakan kebutuhan furniture lebih besar di rumah. "Kami berharap permintaan furniture dan kebutuhan rumah akan terus meningkat," harap Hasbie.
Baca Juga: Integra Indocabinet (WOOD) menargetkan penjualan di 2021 minimum tumbuh sebesar 20% Jika melihat penjualan ritel furniture dan perabot rumah tangga di AS meningkat menjadi US$ 11,64 miliar pada Desember 2020. Sedangkan penjualan rata-rata harian lebih rendah di pasar rumah pada 21 Jan pada 34 hari (vs. rata-rata 5 tahun pada 44 hari). Sementara itu, pinjaman hipotek terus meningkat bahkan mencapai level tertinggi secara mingguan. "Kami berharap WOOD membukukan pertumbuhan penjualan rata-rata (CAGR) sebesar 20% pada periode 2020-2022 didukung pertumbuhan segmen komponen bangunan yang naik 14% sehingga berkontribusi menjadi 72% (dari 58% pada tahun 2020)," terang Hasbie dalam riset. Sejak perang dagang AS-China, furnitur dan komponen bangunan dari China lebih mahal. WOOD memiliki lebih banyak kapasitas komponen bangunan untuk memenuhi permintaan pasar AS. "Perusahaan ini siap mengambil pangsa pasar dari China," ujar Hasbie. Menurut dia, Indonesia bersama Vietnam akan memperoleh pangsa pasar paling banyak. Namun, menurut berita lokal Vietnam, pekerja terampil industri pengolahan kayu cenderung langka karena banyak pekerja perlu dilatih ulang karena digitalisasi dan modernisasi perusahaan pengolahan kayu baru. Karena itu, mungkin ada titik kritis dimana Vietnam tidak dapat memenuhi permintaan dari AS. Ini tentu menguntungkan bagi WOOD.
Baca Juga: Integra Indocabinet (WOOD) Mendulang Untung dari Pasar Ekspor Furniture "Sebagai hasilnya kami meningkatkan perkiraan laba bersih untuk periode 2020-2022 masing-masing menjadi Rp 286 miliar, Rp 348 miliar dan Rp 410 miliar (masing-masing naik 7%/10%/12%)," proyeksi Hasbie. Menurut dia, komponen bangunan dalam skala bisnis telah berjalan dengan baik. WOOD juga berencana ekspansi membangun pabrik baru. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2017. Saat ini, WOOD memiliki lahan seluas 30 ha. "Tanah itu sebelumnya dimaksudkan untuk pabrik barunya. Nilai tanah tersebut kini terapresiasi menjadi Rp 450 miliar," jelas Hasbie. Dia menjelaskan, jika tanah tersebut dijual, WOOD akan membukukan keuntungan Rp 190 miliar-Rp 210miliar. Namun, Hasbie menilai, WOOD akan kesulitan menjual lahan seluas tersebut setelah satu tahun pandemi Covid-19. "Tapi memang begitu beralasan untuk menyatakan bahwa Integra kemungkinan besar menjual lahan ini ketika ekonomi sudah mulai stabil," jelas dia.
Saat ini, Hasbie bilang belum memasukkan potensi keuntungan seperti itu ke dalam hitungan kinerja WOOD. Namun, dia tetap mempertahankan rekomendasi beli saham WOOD dengan target harga Rp 900 per saham dari target sebelumnya di Rp 820 per saham. Hingga akhir 2020, WOOD diperkirakan bisa membukukan pendapatan Rp 2,78 triliun dengan laba bersih Rp 286 miliar. Sedangkan pada tahun 2021, WOOD diproyeksikan bisa membukukan pendapatan Rp 3,36 triliun dengan laba bersih Rp 348 miliar.
Baca Juga: Integra Indocabinet (WOOD) kebanjiran order dari AS Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana