Pasar Barang Mewah Bekas di China Tumbuh Pesat, Louis Vuitton dan Coach Resah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar barang mewah di China saat ini menghadapi tantangan signifikan, di tengah pertumbuhan pesat pasar barang bekas dan pasar abu-abu.

Lonjakan harga dari merek-merek mewah dalam kondisi ekonomi yang lemah telah mendorong beberapa konsumen untuk mencari cara yang lebih terjangkau untuk membeli barang-barang tersebut.

Hal ini menambah kekhawatiran bagi raksasa seperti LVMH, yang baru-baru ini melaporkan penurunan penjualan kuartalan sebesar 3%, mencatat penurunan pertama sejak pandemi akibat lemahnya permintaan di China dan Jepang.

Peluang di Pasar Abu-abu


Pasar abu-abu barang mewah, yang diperkirakan bernilai US$57 miliar per tahun, semakin didorong oleh platform seperti DeWu, di mana produk mewah yang sering diimpor dari luar negeri dijual dengan diskon antara 20% hingga lebih dari 50% dibandingkan dengan harga di toko resmi di China.

Baca Juga: Bernard Arnault, Pendiri Louis Vuitton Kehilangan Kekayaan US$10 Miliar dalam Sehari

Menurut Re-Hub, penjualan di 48 merek di DeWu meningkat 19% dibandingkan tahun lalu pada kuartal kedua, mencapai lebih dari 7 miliar yuan (US$984,4 juta).

Pertumbuhan Pasar Barang Bekas

Pasar barang bekas di China juga mengalami pertumbuhan yang signifikan, didorong oleh semakin banyaknya konsumen yang mencari cara untuk menghasilkan uang dari koleksi barang mewah mereka.

Menurut perkiraan, pasar barang mewah bekas di China telah tumbuh dengan laju pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) lebih dari 30% sejak 2020, meskipun diperkirakan pertumbuhan sektor ini tahun ini lebih mendekati 20%.

Faktor Pendorong Perpindahan ke Pasar Sekunder

Kenaikan harga barang mewah jelas menjadi salah satu alasan mengapa semakin banyak konsumen beralih ke pasar sekunder. Yi Kejie, seorang manajer konten pemasaran berusia 28 tahun dan konsumen barang mewah, menjelaskan bahwa "Kenaikan harga merek mewah adalah salah satu alasan mengapa semakin banyak konsumen yang beralih ke pasar sekunder."

Namun, pasar barang bekas di China juga didorong oleh peningkatan jumlah penjual. Zhu Tainiqi, pendiri marketplace barang mewah bekas ZZER, menyatakan bahwa "Jumlah penjual tumbuh dengan sangat cepat, dan sebagian besar dari mereka menjual barang mewah untuk pertama kalinya. Namun, untuk sisi pembeli, cukup stabil."

Baca Juga: Penjualan LVMH Turun Signifikan, Ini Biang Keroknya!

Kondisi ini telah menyebabkan rata-rata harga pembelian barang mewah bekas menurun dibandingkan tahun lalu, dengan nilai pesanan rata-rata juga mengalami penurunan sekitar 10%. Meskipun demikian, merek-merek seperti Louis Vuitton dan Coach masih tetap laris di pasar barang bekas.

Strategi Merek Mewah

Meskipun LVMH dan merek-merek besar lainnya mempertahankan komitmen mereka terhadap citra mewah dan tidak berencana untuk memperkenalkan produk yang lebih terjangkau, mereka juga harus menghadapi kenyataan bahwa pasar barang bekas dan abu-abu yang semakin tumbuh mengancam posisi mereka.

Para eksekutif LVMH menekankan bahwa mereka tidak berencana untuk terlibat dalam pasar barang bekas, dengan alasan bahwa kontrol ketat mereka terhadap distribusi merek membuat mereka kurang terpapar pada pasar paralel.

Selanjutnya: AkzoNobel Mulai Produksi Powder Coatings di Indonesia

Menarik Dibaca: Ramalan BMKG Cuaca Besok Rabu (23/10) di Yogyakarta Tidak Ada Hujan

Editor: Handoyo .