Pasar Batubara Diselumuti Sejumlah, Ini Rekomendasi Saham Jagoan Analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah sentimen masih membayangi pasar batubara di sisa tahun ini dan awal tahun depan. Analis Samuel Sekuritas Indonesia Jonathan Guyadi melihat, potensi tensi geopolitik dan La Nina kemungkinan akan bertahan hingga paruh pertama 2023, yang akan berdampak pada produksi batubara global. 

Sehingga, dia menilai harga komoditas energi ini masih akan solid. Samuel Sekuritas menaikkan proyeksi harga batubara di 2023 menjadi US$ 220 per ton dari sebelumnya US$ 180 per ton.

Dari segi  permintaan, Jonathan meyakini permintaan batubara dari China masih akan tinggi dalam jangka pendek akibat menurunnya stok dan permintaan yang tinggi terutama dari sektor pembangkit listrik.


Dalam jangka menengah, rencana pemerintah China untuk menaikkan produksi batubara dalam negeri berpotensi menutupi sebagian sentimen kenaikan permintaan batubara di negara tersebut.

Baca Juga: Banyak Sentimen Positif, Kapan Waktu Tepat Beli atau Jual Saham BUMI?

Untuk diketahui, China berencana menambah kapasitas produksi batubara dengan total tambahan kapasitas produksi mencapai 559 juta ton, sekitar 29% dari total rencana penambahan kapasitas tambang batubara baru di seluruh dunia. Total produksi batubara nasional China per September 2022 tercatat sebesar 3,3 miliar ton, melebihi angka rata-rata pra pandemi yang hanya 2,6 miliar ton.

Selain China, peningkatan produksi batubara nasional juga dilakukan oleh India, di mana pemerintah India menargetkan bahwa mulai tahun 2024/2025, kebutuhan batubara India akan dipenuhi dengan hasil produksi dalam negeri. India memiliki porsi sekitar 16% dari total rencana penambahan kapasitas tambang batubara baru di seluruh dunia.

Secara historis, Analis Henan Putihrai Sekuritas Ezaridho Ibnutama mengatakan, akhir tahun merupakan puncak harga batubara karena permintaan ekspor yang lebih tinggi selama musim dingin. 

Namun, Ezar menyebut, negara-negara Eropa dan Asia Utara telah menimbun batubara pada kuartal kedua dan ketiga untuk memenuhi kuota energi mereka selama musim dingin tahun ini. Aksi tersebut bisa membuat pergerakan harga batubara kurang agresif, yang berdampak pada harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) emiten batubara.

“Kami berpendapat ASP batubara di kuartal keempat 2022 kemungkinan tidak akan mengalami lonjakan tinggi seperti biasanya.  Periode kuartal pertama 2023 juga akan mengamati stabilisasi harga batubara yang terus menurun,” terang Ezar kepada Kontan.co.id, Kamis (24/11).

Di tengah kondisi harga batubara yang cenderung terkoreksi, PT Indika Energy Tbk (INDY) menjadi pilihan utama Ezar. Seiring harga batubara tahun ini akan menurun dan stabil tahun depan, Ezar menyebut INDY telah menginisiasi momentum untuk mengurangi ketergantungan pada batubara demi risiko investasi yang lebih Tangguh.

INDY berfokus pada bisnis berbasis energi hijau, seperti kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Upaya INDY merangsek ke segmen EV akan dipompa oleh inisiatif Pemerintah untuk mencapai penggunaan total 2 juta mobil listrik dan 13 juta sepeda motor listrik pada tahun 2030. 

“Memimpin dalam perlombaan membangun ekosistem EV Indonesia, INDY telah membentuk pakta kolaborasi dengan raksasa industri multinasional Foxconn dan entitas Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni Indonesia Battery Corporation (IBC),” sambung Ezar.

Baca Juga: Kinerja Sejumlah Emiten Restoran Naik, Intip Rekomendasi Sahamnya Berikut Ini

Sementara itu, Samuel Sekuritas Indonesia menyematkan rating netral untuk sektor batubara, dan mempertahankan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) sebagai pilihan utama alias top pick

“Salah satu alasan kami memilih ADRO adalah inisiatif diversifikasi bisnis yang dilakukan perseroan, yang akan memberikan fleksibilitas pendanaan bagi Adaro dalam jangka panjang,” terang Jonathan.

Untuk ADRO, Jonathan merekomendasikan buy dengan target harga Rp 4.500. Selain ADRO, Jonathan juga merekomendasikan buy saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dengan target harga Rp 240 per saham. 

Sementara itu, Jonathan merekomendasikan hold untuk saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan target harga masing-masing Rp  43.000 dan Rp 3.800.

Potensi upside dari rekomendasi ini adalah cuaca ekstrim yang berkepanjangan. Namun, rekomendasi ini memiliki potensi downside seperti  perlambatan ekonomi hingga kelebihan pasokan.

 
PTBA Chart by TradingView

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi