Pasar berbeda, Buyung Poetra kebal terhadap beras impor



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Buyung Poetra Sembada TBk (HOKI) tak risau dengan kebijakan pemerintah yang membuka keran impor beras. Padahal, pemerintah berencana mengimpor beras sebanyak 500.000 ton guna menjaga kestabilan harga dan memperkuat cadangan beras di dalam negeri.

Investor Relations HOKI Dion Surijata menjelaskan, impor beras pemerintah tak akan berpengaruh karena perusahaannya fokus memasarkan beras premium ke pasar modern. Sehingga, tidak berhubungan langsung dengan langkah pemerintah itu.

Meski demikian, Dion tak menampik ada faktor lain yang memengaruhi kinerja HOKI sejak akhir tahun kemarin. Ambil contoh, harga bahan baku yang tinggi dan penetapan harga eceran tertinggi (HET) beras. "Karena waktu HET diberlakukan, kami banyak refraksi, harus ganti kemasan dan sebagainya," ungkap Dion, Senin (15/1).


Dua faktor tersebut sempat membawa dampak ke kinerja HOKI di kuartal III 2017 dan kuartal IV 2017. Ini membuat pemilik merek Topi Koki ini memprediksikan, pendapatan sepanjang 2017 tak jauh berbeda dengan 2016. Di 2016, HOKI mencatat pendapatan sebesar Rp 1,15 triliun.

Untuk 2018, HOKI memperkirakan, pendapatan bisa tumbuh sekitar 11%-12%. Meski saat ini harga bahan baku masih tinggi, Dion bilang, HOKI berharap, harga bahan baku bisa turun sejalan dengan prediksi panen raya padi pada bulan depan.

Analis Binaartha Param Sekuritas M. Nafan Aji sepakat, kebijakan impor tak banyak berpengaruh pada kelangsungan bisnis HOKI. "Karena HOKI mampu menerapkan efisiensi dalam menerapkan kinerja. Impor tak berpengaruh banyak," kata dia.

Dalam catatan Nafan, HOKI masih memiliki valuasi yang ciamik, dengan price to earning ratio (PER) 16 kali. Beban utang mereka pun terbilang rendah, dengan debt to equity ratio (DER) 14%.

Secara teknikal, saham HOKI cenderung konsolidasi pada daily chart. Namun, dari weekly chart, sahamnya bergerak bullish consolidation. "Akumulasi beli di target harga Rp 358 per saham untuk daily dan Rp 400 untuk monthly," sebut Nafan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini