Pasar bullish, penawaran lelang sukuk Rp 18,12 T



JAKARTA. Lelang surat berharga syariah negara (SBSN) alias sukuk negara, Selasa (21/3)) membukukan penawaran hingga Rp 18,12 triliun. Permintaan cukup besar lantaran penguatan pasar obligasi dalam negeri.

Dari total penawaran yang masuk, pemerintah menyerap dana sekitar Rp 7,87 triliun. Ini melebihi target indikatif yang dipatok Rp 6 triliun. Padahal pada lelang sukuk sebelumnya (7/3), pemerintah hanya menyerap dana Rp 6,1 triliun dari total penawaran Rp 12,34 triliun.

Situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menyebutkan, ada lima seri sukuk yang dijajakan. Pertama, SPNS08092017 yang meraup penawaran Rp 7,19 triliun dengan yield tertinggi 5,84% dan yield terendah 5,28%. Dari seri ini pemerintah menyerap dana Rp 2 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 5,43%.


Kedua, PBS013 mengoleksi penawaran Rp 4,77 triliun dengan yield tertinggi 7,25% dan yield terendah 6,68%. Pemerintah kemudian menyerap sebanyak Rp 2,7 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 6,99% dan imbalan 6,25%.

Ketiga, PBS014 yang  membukukan penawaran Rp 1,76 triliun dengan yield tertinggi 7,5% dan yield terendah 6,87%. Dari seri ini, negara menyerap sekitar Rp 1,56 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 7,15% dan imbalan 6,5%.

Keempat, PBS011 memperoleh penawaran Rp 2,49 triliun dengan yield tertinggi 7,87% dan yield terendah 7,4%. Dana yang diserap dari efek ini sebesar Rp 650 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 7,53% dan imbalan 8,75%.

Kelima, PBS012 yang dimenangkan sebanyak Rp 960 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 8,03% dan imbalan 8,87%. Jumlah penawaran yang masuk untuk surat utang ini berkisar Rp 1,89 triliun dengan yield tertinggi 8,4% dan yield terendah 7,96%.

Senior Research Analyst Pasar Dana Beben Feri Wibowo menuturkan, pasar surat utang domestik memang tengah berbalut tren positif. Ini tercermin pada Indonesia Composite Bond Index (ICBI) pada Selasa (21/3) yang naik 0,48%.

Katalis positif berasal dari membaiknya kondisi makro ekonomi dalam negeri. Rupiah di pasar spot cukup stabil pada rentang Rp 13.300-Rp 13.400 per dollar Amerika Serikat (AS). Pemerintah juga masih mampu mengendalikan inflasi sesuai target 3%-5%.

“Kondisi demikian membuat Bank Indonesia (BI) berani mempertahankan suku bunga BI 7-Day repo rate di level 4,75% pekan lalu,” terangnya.

Padahal Bank Sentral AS (The Fed) baru saja mengerek suku bunga acuan 25 bps menjadi 0,75%-1% pada 16 Maret 2017. Amunisi juga bersumber dari spekulasi perbaikan rating Indonesia menjadi investment grade oleh Standard & Poor’s di pasar pada Mei 2017. Ini menyusul perbaikan outlook dari Fitch Ratings dan Moody’s beberapa waktu lalu.

Yield yang diminta investor juga sesuai kondisi pasar. Lihat saja yield rata-rata tertimbang PBS013 yang berkisar 6,99%. Ini lebih rendah ketimbang yield rata-rata tertimbang seri sama dua pekan sebelumnya yang tercatat 7,14%.

Walhasil, pemerintah pun memanfaatkan kesempatan dengan menyerap dana melampaui target indikatif. Tujuannya, untuk menerapkan strategi front loading sembari menekan biaya pendanaan alias cost of fund.

Namun, Beben menyoroti, peserta lelang masih menggemari sukuk bertenor pendek. Buktinya SPNS08092017 meraup jumlah penawaran terbesar ketimbang seri sukuk negara lainnya. “Pasar sukuk masih dalam kondisi yang tak pasti, terutama menghadapi spekulasi kenaikan suku bunga The Fed kedua dan ketiga kalinya tahun ini,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini