Pasar Bunga Kayoon: Revitalisasi menggusur sebagian pedagang (3)



Di tengah semaraknya sentra ini, sebagian pedagang kaki lima di sisi selatan Jalan Kayoon harus bertekuk lutut oleh penggusuran. Pemerintah Kota Surabaya tengah merealisasikan proyek revitalisasi bantaran Kali Mas. Ada pedagang yang memindahkan lokasi lapak, tapi ada pula yang berhenti untuk sementara.Natal menjadi satu momen berharga bagi para pedagang bunga di Pasar Kayoon untuk meraup omzet besar. Menjelang hari raya umat Kristiani, banyak pedagang yang menawarkan pohon cemara sebagai dagangan musiman. Baik itu cemara hidup maupun cemara pakuan yang memang khusus menjadi salah satu ornamen Natal.Pedagang yang benar-benar memanfaatkan momen Natal, antara lain Samsul dan Karyanto. Mereka mendatangkan pohon cemara setinggi satu hingga tiga meter dari Batu dan Pandaan.Harga pohon cemara pakuan lebih mahal, berkisar Rp 300.000 sampai Rp 1 juta sebatang. Sedangkan, harga pohon cemara biasa berkisaran Rp 150.000 hingga Rp 500.000 per pohon. Dari banderol harga itu, baik Samsul maupun Karyanto mengambil keuntungan 20% hingga 30%. Omzet tambahan dari penjualan cemara ini pun lumayan. Para pedagang rata-rata memperoleh pendapatan sebesar Rp 10 juta.Jelas, omzet tambahan ini bakal mengatrol penghasilan rutin mereka. Samsul, contohnya, omzetnya per bulan berkisar Rp 15 juta hingga Rp 25 juta, belum termasuk saat momen khusus. Demikian juga dengan Karyanto.Salah satu kunci keberhasilan mereka adalah menjaga hubungan baik dengan pelanggan. "Bunga itu temasuk hobi, yang beli orangnya itu-itu saja kok," ungkap Samsul. Karyanto punya strategi lain, yakni tidak pelit diskon. "Saya rajin kasih diskon ke pelanggan, apalagi jika merek memborong, diskon saya tambah," ujarnya. Di tengah geliat pasar bunga segar, kekurangan stok pun sering terjadi. Terutama di momen khusus, seperti musim pernikahan. Untuk mengantisipasi kondisi ini, banyak pedagang terpaksa mengambil bunga dari Jakarta atau Bandung, meski kualitasnya tidak sebagus bunga asal Batu.Bayangkan, pada musim perkawinan, permintaan bunga melonjak tiga kali lipat atau mencapai 10.000 tangkai per hari dari satu jenis bunga. Rata-rata setiap pedagang membutuhkan 200 hingga 800 tangkai setiap jenisnya per hari. Padahal, ada ratusan pedagang di Kayoon.Penyebab seretnya pasokan adalah cuaca yang tidak menentu. Akibatnya, tak semua bunga layak dipanen. "Saat hujan atau kemarau berkepanjangan, pasokan bunga, seperti Aster akan seret," ujar Samsul.Tetapi, di tengah moncernya sentra bunga Pasar Kayoon ini sebagai tempat pertemuan antara pedagang, pehobi serta pelanggan, isu penggusuran terus merebak. Bahkan isu yang telah lama didengungkan itu akhirnya terealisasi juga.Sejak 2007, Pemerintah Kota Surabaya telah menelurkan gagasan revitalisasi Kali Mas yang terletak di daerah Wonokromo, untuk pengembangan wilayah ini. Wonokromo memang kawasan bisnis paling sibuk di Surabaya.Dus, revitalisasi ini ikut melibatkan titik-titik di bantaran kali tersebut termasuk Pasar Bunga Kayoon. Beberapa titik yang telah dikerjakan pada 2008 itu dijadikan pusat olahraga air, hutan kota, dermaga, dan perahu wisata.Imbasnya, pedagang kaki lima yang berjualan di Jalan Kayon sisi selatan, khususnya yang menempati bantaran Kali Mas, harus rela digusur. Mereka yang ikut tergusur di antaranya adalah puluhan pedagang bunga kaki lima Pasar Kayoon.Pengaspalan sudah dimulai pada Mei 2010 lalu. Daerah ini kemudian akan difungsikan sebagai taman kota dan kawasan pejalan kaki. Untuk proyek revitalisasi tersebut, Pemerintah Surabaya menganggarkan Rp 4,6 miliar. Saat ini, pedagang kaki lima di Kayoon yang tersisa hanya yang ada di sisi utara.Pedagang yang tergusur sebagian ada yang memindahkan lokasi lapaknya ke dalam Pasar Kayoon atau Pasar Bunga Bratang. Itu bagi yang omzetnya besar dan memiliki modal untuk menyewa kios, yang notabene lebih mahal dibandingkan sebelumnya di kaki lima. "Bagi teman-teman yang modalnya sangat terbatas, mereka terpaksa vakum dulu sementara," ujar Samsul.(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi