KONTAN.CO.ID - BEIJING. Sistem perdagangan global sedang mengalami pergeseran tektonik yang akan mengarahkan ulang rantai pasokan internasional selama beberapa dekade mendatang. Mengingat kekuatan pasar utama dunia seperti Amerika Serikat (AS) dan China mengalami kendala pasokan, inflasi, dan perang dagang. Sehingga AS dan Eropa berusaha cari pasar lain, mengutip
Bloomberg pada Minggu (7/5). Vietnam, India dan Meksiko dianggap yang akan mendapat berkah dari proses yang akan berlangsung bertahun-tahun ini.
Transformasi ini mulai disebut oleh sebagian analis dan pengamat sebagai reglobalisasi akan memakan waktu bertahun-tahun. Akan tetapi data perdagangan baru mulai menawarkan petunjuk tentang ruang lingkup perubahan, dan siapa yang menang dan kalah. Chad Bown, peneliti senior di Peterson Institute for International Economics menyatakan, meningkatnya ketegangan geopolitik antara Washington dan Beijing memicu spekulasi tentang pemisahan sektoral antara ekonomi terbesar di dunia.
Baca Juga: China Tetap Waspada Meski WHO Mencabut Status Darurat Covid-19 Sementara nilai impor barang dan jasa China AS mencapai rekor tertinggi pada tahun 2022, ada tanda-tanda bahwa tarif AS menggeser arus perdagangan bilateral. “Tahun lalu, impor barang AS dari China yang dikenakan tarif turun sekitar 14% dibandingkan tingkat sebelum perang dagang tahun 2017,” tuturnya. Selama lima tahun terakhir, tarif AS, pembatasan ekspor, dan subsidi telah membujuk perusahaan Amerika untuk mendiversifikasi impor mereka dari China. Porsi total impor China ke AS telah turun sekitar 3 poin persentase sejak 2018, ketika mantan Presiden Donald Trump mengenakan tarif pada ribuan barang China. Selama ini, China menyerahkan sebagian dari total impor AS ke negara-negara pengekspor Asia lainnya seperti Vietnam, India, Taiwan, Malaysia, dan Thailand. Meskipun demikian, pabrikan China yang ingin menghindari tarif AS dan mempersingkat rantai pasokan membuka operasi di negara-negara seperti Vietnam, Thailand, dan Meksiko. Meksiko menjadi alternatif sumber utama AS untuk China. Jalur pasokan AS-Meksiko yang sangat terintegrasi dan perlakuan perdagangan preferensial di bawah USMCA membantu menciptakan peluang investasi di seberang perbatasan.
Baca Juga: Turis Asal China Paling Betah di Indonesia Dibanding dari Pelancong Negara Lain Importir dan bahkan beberapa eksportir China yang ingin mendiversifikasi rantai pasokan mereka berlomba untuk merebut ruang industri Meksiko, yang mencapai tingkat hunian 97,5% pada tahun 2022. “Permintaan untuk gudang dan properti industri lainnya sangat tinggi di sepanjang perbatasan AS dekat Tijuana tempat tingkat lowongan industri mendekati nol. Sekitar 47 taman industri baru direncanakan atau sedang dibangun,” menurut Asosiasi Taman Industri Swasta Meksiko. Upaya Presiden Joe Biden untuk meningkatkan hubungan perdagangan dengan Eropa telah menghasilkan pergeseran ke arah ketergantungan AS yang lebih besar pada impor dari Eropa daripada dari China. Pivot itu terjadi setelah AS dan Eropa menangguhkan bea atas perdagangan bilateral senilai US$ 21,5 miliar pada tahun 2021. Lantaran AS menghentikan sementara sengketa pembuatan pesawat sejak tahun 2004, dan meluncurkan pembicaraan untuk mengurangi kelebihan produksi baja dan aluminium. Sepanjang tahun lalu, nilai impor AS dari Eropa meningkat hampir 13%, sedangkan impor AS dari China hanya tumbuh 6%. Produsen ponsel cerdas seperti Apple Inc sedang berupaya untuk mengurangi ketergantungan mereka pada China seiring meningkatnya perang dagang antara Washington dan Beijing. Sepanjang tahun hingga Maret, Apple melipatgandakan jejak produksinya di India untuk memproduksi lebih dari US$ 7 miliar untuk Iphone. India sekarang menyumbang sekitar 7% dari keluaran iPhone global Apple, dan penjualan tahunan di negara tersebut telah melonjak menjadi US$ 6 miliar. Vietnam adalah pusat lain bagi perusahaan yang ingin melakukan diversifikasi jauh dari China. Selama tujuh tahun terakhir, impor peti kemas AS untuk furnitur Vietnam tumbuh 186% dibandingkan hanya 5% pertumbuhan impor semacam itu dari China.
Baca Juga: Produsen Mobil Jepang Mengalami Krisis Penjualan di China, Ini Pemicunya Vietnam sekarang menyumbang setengah dari total volume ekspor China untuk produk furnitur tujuan AS, menurut Descartes Systems Group Inc. Baru-baru ini, pesanan furnitur Vietnam mulai menurun karena penurunan permintaan global untuk barang konsumen. Kebijakan industri Beijing telah melambungkan China menjadi pengekspor kendaraan listrik terbesar setelah Jerman. Tahun ini, kendaraan listrik dan hibrida plug-in berada di jalur yang tepat untuk mencapai sekitar 40% dari total pengiriman kendaraan di China. Sementara itu, bagian Eropa dari penjualan kendaraan listrik global kemungkinan akan tumbuh tahun ini karena lebih banyak model tersedia dan masalah rantai pasokan mereda.
Editor: Yudho Winarto