Pasar CPO Masih Volatil, Begini Rekomendasi Saham Emitennya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) masih volatil hingga hari ini. Melansir Trading Economics, Selasa (7/11), harga CPO sebulan terakhir naik 3,33% dan naik 1,25% dalam seminggu. Namun, secara tahunan, harga CPO turun 14,58%.

Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat bahwa ekspor CPO Indonesia turun 6,29% hingga kuartal III 2023.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan, kinerja emiten CPO di kuartal III 2023 memang tengah mengalami penurunan, walau ada beberapa yang mencatat kenaikan laba bersih.


Hal itu disebabkan harga CPO yang tengah berada dalam fase penurunan. Saat pandemi, dunia mengalami disrupsi rantai suplai, sehingga harga komoditas mengalami kenaikan, termasuk CPO.

Baca Juga: Saham Darma Henwa (DEWA) Ambles 16,28% Hari Ini (7/11), Intip Rekomendasi Sahamnya

“Saat ini, sudah tidak ada disrupsi, jadi wajar harga CPO menurun,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (7/11).

Selain itu, ada faktor gangguan cuaca dari El Nino yang menyebabkan kapasitas produksi tandan buah segar (TBS) dan CPO menjadi kurang maksimal. Nafan menuturkan, dibutuhkan pengairan yang baik agar produksi bisa naik dan mencapai tanaman sawit bisa mencapai titik maturity.

“Padahal, emiten bisa meningkatkan kinerja jika mereka bisa meningkatkan produksi TBS,” tuturnya.

Di sisi lain, permintaan CPO secara global juga tengah mengalami perlambatan. Hal ini salah satunya disebabkan faktor perlambatan pertumbuhan ekonomi China yang masih berlanjut sejak Pandemi Covid-19.

Terkait ekspor Indonesia yang menurun, per kuartal III 2023, hal itu disebabkan kebijakan diskriminasi dari Uni Eropa (UE) terkait impor CPO. Sebagaimana diketahui, UE telah mengimplementasi Peraturan Deforestasi Uni Eropa (EUDR) yang melarang impor produk hasil olahan CPO.

“Akibatnya, Indonesia mengalami kendala untuk melakukan penetrasi ekspor ke pasar Eropa,” ungkapnya.

Nafan berharap, konsumsi domestik CPO bisa meningkat. Dengan adanya stabilitas pertumbuhan ekonomi domestik, permintaan CPO untuk pasar domestik diharapkan bisa meningkat.

Selain itu, permintaan CPO untuk biodiesel dilihat masih kuat. Apalagi, Pertamina sudah mulai gencar menggunakan CPO sebagai campuran untuk bahan bakar, baik untuk transportasi darat maupun udara.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham BBRI dari Analis NH Korindo Berikut Ini

“Hal ini bisa meningkatkan kinerja emiten CPO secara berkelanjutan,” paparnya.

Untuk prospek kinerja emiten CPO di kuartal IV 2024, Nafan melihat, pertumbuhannya masih bisa terjadi secara kuartalan. Sebab, ada permintaan dari pasar domestik yang bisa meningkat.

Sementara, untuk meningkatkan ekspor CPO, Indonesia dinilai masih harus terus melakukan diplomasi ekonomi, terutama ke World Trade Organization (WTO).

“Kita juga bisa mengajak Malaysia sebagai salah satu negara produsen CPO terbesar dunia supaya bisa meningkatkan ekspor,” katanya.

Nafan pun merekomendasikan accumulate untuk LSIP dengan target harga Rp 980 per saham. 

 
LSIP Chart by TradingView

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi