JAKARTA. Produk keramik unggul Indonesia di sejumlah negara. Di Australia, penguasaan pasar keramik Indonesia mencapai 10%, Korea dengan pangsa 8%, Malaysia 6%, Thailand 5%, dan Afrika 3%. Mahendra bilang, masuknya keramik ke pasar alternatif itu membuat keseimbangan ekspor Indonesia. Keseimbangan ekspor di pasar alternatif ini penting agar ekspor Indonesia tidak dominan menuju ke negara tertentu saja dengan produk yang seragam. “Ini salah satu diversifikasi, kita ekspor dengan produk yang beragam ke negara yang beragam dengan tujuan Ekspor Indonesia tidak ketergantungan ekspor hanya pada beberapa negara saja,” kata Wakil Menteri Perdagangan, Mahendra Siregar. Untuk catatan, saat ini Indonesia sudah mengekspor keramik ke 166 negara. Ketua Asosiasi Keramik Indonesia (Asaki) Achmad Widjaja menyebutkan, pasar alternatif untuk keramik tersebut baru berkembang semenjak krisis global terjadi sekitar tahun 2007. “Dulu kami menguasai 12% pasar keramik di AS, sekarang hanya sekitar 1,2% karena minimnya permintaan,” kata Achmad.Semenjak krisi global terjadi, eksportir keramik kemudian mengalihkan pasarnya ke pasar alternatif seperti Asia, Australia dan juga Timur Tengah. Kompensasi penurunan ekspor ke AS tersebut kemudian diisi oleh pasar ke Malaysia, Thailand, Turki dan juga Australia. Malah, pasar alternatif ini tumbuh lebih pesat ketimbang AS atau Eropa.“Pasar alternatif itu tidak terlalu masalah dengan kondisi produknya, sehingga standar mereka tidak terlalu tinggi seperti pasar AS dan Eropa,” jelas Achmad. Dilihat dari segi produksi, kopetitor Indonesia di pasar alternatif tersebut adalah Malaysia yang sekarang memiliki kapasitas produksi 80 juta meter kubik; masih jauh di bawah produksi keramik nasional sebesar 243 juta meter kubik.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pasar Ekspor Keramik Alternatif Lebih Berkembang Ketimbang Pasar Ekspor Utama
JAKARTA. Produk keramik unggul Indonesia di sejumlah negara. Di Australia, penguasaan pasar keramik Indonesia mencapai 10%, Korea dengan pangsa 8%, Malaysia 6%, Thailand 5%, dan Afrika 3%. Mahendra bilang, masuknya keramik ke pasar alternatif itu membuat keseimbangan ekspor Indonesia. Keseimbangan ekspor di pasar alternatif ini penting agar ekspor Indonesia tidak dominan menuju ke negara tertentu saja dengan produk yang seragam. “Ini salah satu diversifikasi, kita ekspor dengan produk yang beragam ke negara yang beragam dengan tujuan Ekspor Indonesia tidak ketergantungan ekspor hanya pada beberapa negara saja,” kata Wakil Menteri Perdagangan, Mahendra Siregar. Untuk catatan, saat ini Indonesia sudah mengekspor keramik ke 166 negara. Ketua Asosiasi Keramik Indonesia (Asaki) Achmad Widjaja menyebutkan, pasar alternatif untuk keramik tersebut baru berkembang semenjak krisis global terjadi sekitar tahun 2007. “Dulu kami menguasai 12% pasar keramik di AS, sekarang hanya sekitar 1,2% karena minimnya permintaan,” kata Achmad.Semenjak krisi global terjadi, eksportir keramik kemudian mengalihkan pasarnya ke pasar alternatif seperti Asia, Australia dan juga Timur Tengah. Kompensasi penurunan ekspor ke AS tersebut kemudian diisi oleh pasar ke Malaysia, Thailand, Turki dan juga Australia. Malah, pasar alternatif ini tumbuh lebih pesat ketimbang AS atau Eropa.“Pasar alternatif itu tidak terlalu masalah dengan kondisi produknya, sehingga standar mereka tidak terlalu tinggi seperti pasar AS dan Eropa,” jelas Achmad. Dilihat dari segi produksi, kopetitor Indonesia di pasar alternatif tersebut adalah Malaysia yang sekarang memiliki kapasitas produksi 80 juta meter kubik; masih jauh di bawah produksi keramik nasional sebesar 243 juta meter kubik.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News