KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Mayora Indah Tbk hingga kuartal III-2017 kian cemerlang. Lihat saja, pendapatan emiten
consumer goods ini terangkat 7,38% menjadi Rp 14,29 triliun dalam sembilan bulan pertama tahun 2017. Hal tersebut berhasil mendongkrak laba bersih MYOR sekitar 3,3% menjadi Rp 927,85 miliar. Menurut Analis Ciptadana Sekuritas Nico Margaronis, MYOR bisa mencetak kinerja positif berkat pertumbuhan di sisi ekspor pada periode Juli-September 2017 lalu. Jika dibandingkan dengan kuartal II-2017, penjualan ekspor produsen permen Kopiko ini melesat 23,8%. Angka tersebut jauh lebih tinggi ketimbang pertumbuhan penjualan domestik yang hanya terkerek 2,4%. "China merupakan tujuan ekspor penting bagi MYOR," kata Nico, Rabu (6/12).
Nilai tukar rupiah yang melemah di hadapan mata uang yuan China juga membuat MYOR memperoleh keuntungan di sisi mata uang dari kegiatan ekspor. Bahkan dengan keuntungan dari nilai tukar tersebut, MYOR berhasil mengantongi pertumbuhan laba bersih. Walau berhasil mengerek pendapatan, tapi Nico menilai perusahaan ini masih kesulitan mengejar target tahun ini. "Sulit untuk mengejar target tahun ini karena penjualan ekspor dan domestik harus tumbuh maksimal di kuartal terakhir," ujar Nico. Ia pun merevisi turun proyeksi kinerja MYOR hingga akhir tahun. Sebelumnya Nico optimistis pendapatan perusahaan ini bisa mencapai Rp 20,53 triliun dengan laba bersih di posisi Rp 1,58 triliun. Namun kini ia menurunkan proyeksi pendapatan menjadi Rp 20,01 triliun dengan laba bersih Rp 1,47 triliun. Analis Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto juga menurunkan prediksi pendapatan MYOR tahun ini dari semula Rp 20,37 triliun jadi Rp 20,11 triliun. Realisasi laba bersih Mayora tahun ini juga diprediksi bakal di bawah target. Alasannya, mendekati akhir tahun, perusahaan consumer goods cenderung gencar melakukan promosi. Mau tak mau, hal ini bisa menggerus laba bersih MYOR. "Kami khawatir perusahaan tidak bisa menjaga margin karena di kuartal III-2017 sudah turun," ungkap Natalia. Meski begitu, Natalia yakin fundamental MYOR masih positif. Hal ini mengingat pertumbuhan harga sahamnya telah mengungguli IHSG. Walaupun target pendapatan gagal tercapai tahun ini, tapi di tahun depan Natalia yakin kinerja MYOR lebih ciamik. Salah satu pendorong membaiknya kinerja adalah daya beli masyarakat yang membaik serta adanya Pilkada serentak. Belum lagi, pabrik baru MYOR di Tangerang sudah mulai beroperasi. Hal ini dapat menggenjot pendapatan perusahaan hingga Rp 22 triliun di akhir tahun 2018. Risiko MYOR Tapi Natalia masih melihat MYOR menghadapi risiko, yakni pada kenaikan harga bahan baku dan realisasi perbaikan daya beli masyarakat. Sejauh ini naik turunnya harga bahan baku di awal tahun telah membebani margin kotor perusahaan. Pada sembilan bulan pertama 2017, margin kotor tercatat turun dari 26,2% menjadi 22,6%. Sementara itu, Putri Nauli Tobing, Analis Sucor Sekuritas dalam risetnya 2 November lalu, memperkirakan belanja iklan MYOR melambat di tahun depan. Hal ini diyakini bakal mengangkat margin perusahaan barang konsumer ini, sehingga kinerja tahun depan positif. "Kami meningkatkan perkiraan marjin EBIT 2018 sampai 12,8% dari sebelumnya 11,5%," terang Nauli.
Permintaan dari China juga diperkirakan kembali meningkat. Putri memperkirakan, jika permintaan dari Negeri Tirai Bambu tumbuh hingga 13%, maka ekspor MYOR bisa terkerek hingga 10%. Apalagi, China menguasai 55% porsi ekspor MYOR. Namun, MYOR masih tertekan penjualan kopi dan terbatasnya kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan harga jual rata-rata atawa average selling price (ASP). Karena itu, Putri memangkas proyeksi target pendapatan di 2018. Kalau awalnya diperkirakan pendapatan Rp 23,54 triliun, kini ia memangkas jadi Rp 22,62 triliun. "Kami percaya harga premium kopi membatasi penjualan," imbuh dia. Tapi Putri masih merekomendasikan
buy saham MYOR dengan target harga di level Rp 2.390 per saham. Sedangkan Natalia menyarankan
hold saham MYOR dengan target harga Rp 1.960 per saham. Berbeda dengan keduanya, Nico justru merekomendasikan
sell saham MYOR dengan target harga Rp 1.770 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati